Tuesday, December 23, 2008

A Christmas Gift for Everyone




Mulai tahun ini (dan mudah-mudahan bisa berlanjut terus di tahun-tahun berikutnya), tepatnya menjelang natal saya membagikan sebuah kompilasi musik via internet yang berisi lagu-lagu tradisional natal dan lagu-lagu bertema natal.

Beberapa lagu disini, adalah lagu-lagu tradisional natal yang didaur ulang oleh beberapa musisi terkenal. Selebihnya, lagu-lagu yang ada di dalam kompilasi ini adalah lagu-lagu pop yang bertema natal (bukan lagu rohani) yang mudah-mudahan juga bisa dinikmati oleh banyak orang yang kebetulan tidak merayakan hari raya natal.

Selamat hari natal untuk semua. Semoga damai natal selalu menyertai kita.

Di bawah ini adalah tracklistnya. Klik disini jika ingin mengunduh album kompilasi ini.

Fold Your Hands, Santa, You Walk Like an Ape
dimas ario 2008 christmas mix

1. the bird and the bee - carol of bells
2. rosie thomas - why can't it be christmas all year
3. pas/cal - last christmas
4. belle and sebastian - are you coming over for christmas
5. velocity girl - merry xmas, i love you
6. josh rouse - christmas with jesus
7. cocteau twins - frosty the snowman
8. kermit the frog - the christmas wish
9. aimee mann - christmas time
10. donny hathaway - this christmas
11. ron sexsmith - maybe this christmas
12. the drifters - white christmas
13. vince guaraldi trio - christmas time is here
14. bosque brown - silent night
15. yo la tengo - it's christmas time
16. coldplay - have yourself a merry little christmas

Monday, December 22, 2008

Wawancara dengan Matt Haynes, Bapak Indiepop dari Sarah Records (editor's cut)

Beberapa waktu yang lalu, saya melihat postingan Eko mengenai tulisan tentang Sarah Records yang ia kumpulkan dari beberapa website. Membaca postingan tersebut, saya jadi teringat akan interview saya dengan salah satu founder Sarah Records, Matt Haynes sekitar setahun yang lalu. Terpikir untuk menguploadnya di Multiply, mungkin belum banyak orang yang sempat membaca interview tersebut.

Interview saya dengan Matt Haynes dilakukan via email untuk Jeune edisi 21 yang mengangkat issue Street Culture. Jeune edisi tersebut adalah edisi pertama saya dan interview ini juga adalah interview perdana yang saya lakukan.

Awalnya Matt Haynes, sempat menolak untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan saya dengan dalih kesibukannya saat ini. Memang saya sempat mendengar selentingan bahwa Matt Haynes sebenarnya sudah malas jika ditanya mengenai masa lalunya bersama Sarah Records.

Tetapi setelah beberapa kali berhubungan via email dengannya, akhirnya ia mau menjawab pertanyaan-pertanyaan saya. Bahkan jawabannya cukup panjang untuk ukuran orang yang  (katanya) sedang sibuk. :D

Rasanya sangat membahagiakan bisa berhubungan langsung dengan salah satu founder Sarah Records, sebuah label musik yang album-album rilisannya sempat menemani masa-masa remaja saya. Hehe..

Berikut ini adalah transkrip interview lengkapnya, tanpa edit. Enjoy!




Bisa Anda jelaskan secara singkat keadaan scene indiepop itu sendiri sebelum Anda dan Clare membentuk Sarah Records?
Pada tahun-tahun sebelum Sarah Records terbentuk, kondisi scene sangat menyenangkan. Banyak band bermunculan, banyak fanzine yang terbit, dan besarnya antusiasme dari anak muda kala itu yang berbuat sesuatu untuk diri mereka sendiri. Atau dengan kata lain munculnya semangat DIY.

Pada setiap petunjukkan di berbagai club kecil, hampir setengah orang yang hadir menjual fanzinenya masing-masing. Saat itu saya dan Clare juga menulis fanzine, dan Alan McGee baru melepas rilisan pertama dari Creation Records.

Pada tahun 1986, tabloid NME merilis kaset bertajuk C86, dengan tujuan untuk memberikan gambaran kepada orang banyak terhadap apa yang terjadi di scene saat itu. Tetapi pada kelanjutannya, banyak band dalam kompilasi tersebut yang berusaha menjaga jarak terhadap scene C86 itu sendiri, karena band-band tersebut tidak ingin dianggap sebagai band twee, amatir dan unambitious. Contohnya seperti band Primal Scream yang saat itu mulai memanjangkan rambut mereka, mulai memakai celana kulit dan menganggap diri mereka seperti the Rolling Stones.

Lalu tiba-tiba semuanya kembali tradisional, semua orang kembali menyukai citra ‘macho’ dan media musik saat itu mulai menulis tentang American guitar bands seperti Green on Red, the Long Ryders dan juga mengenai the British "grebo" scene dengan band-bandnya seperti Pop Will Eat Itself, The Wonderstuff – cowok-cowok dengan kostum kulit, rambut berminyak dan gitar. Sarah was a very deliberate response to that.

Sejauh yang saya baca, banyak anak muda di Inggris pada saat itu yang tidak suka dengan pemerintahan Thatcher, dan juga anti dengan sistem kapitalis dari label-label besar yang saat itu banyak merilis grup-grup yang saat ini disebut dengan new romantics. Apakah itu benar? Kalau iya, apakah semua hal tersebut yang mendasari saat memulai Sarah Records?
Saya pikir banyak orang melihat the New Romantics sebagai sebuah gerakan anti politikal meskipun the New Romantics juga sedikit menggambarkan kapitalisme baru dari partai konservatif Margaret Thatcher.

Para bintang pop dari New Romantics akan selalu menghasilkan uang banyak dan mereka juga akan selalu menghabiskan uang yang banyak – seperti Duran Duran yang tidak lebih buruk dari band-band New Romantics lainnya.

Melalui Sarah, kami tidak menganggap Duran Duran dan band-band besar lainnya yang menghiasi banyak tangga lagu saat itu sebagai musuh kami. Karena apa yang mereka lakukan sungguh berbeda dengan apa yang kami lakukan, terutama dalam skala dan ambisinya.

Musuh kami adalah label-label kecil yang mencoba bersikap seperti label major, dan juga band-band kecil yang berkelakuan seperti band-band besar. Karena dua hal itu yang kami pikir, masih bisa untuk dirubah. Karena mau bagaimanapun, Sarah tidak akan bisa mengubah kebiasaan dari label-label besar seperti EMI, Warner, BMG, Virgin, dan lain-lain.

Tetapi kami berharap mungkin dengan adanya Sarah, kami bisa mengubah tingkah laku dari label-label kecil lainnya seperti Rough Trade, Creation, Subway, 53rd dan 3rd dan mungkin dengan keberadaan kami juga bisa merangsang tumbuhnya label-label baru dan juga tumbuhnya berbagai band baru.

Mengapa Anda memutuskan untuk tidak menampilkan sosok wanita di setiap rilisan Sarah. Apakah hal itu merupakan sebuah pernyataan politik? Atau ada kaitannya dengan feminisme?
Feminisme itu merupakan politik juga. Tetapi, iya hal itu memang merupakan pernyataan yang berhubungan dengan feminisme.

Saat itu begitu banyak band yang menggunakan gambar wanita untuk menjual rekaman mereka, baik itu di dalam sleeves maupun dalam adverts. Khususnya pada band-band C86, mereka seringkali menggunakan gambar dari Sixties girls, Audrey Hepburn dan berbagai image-image klise lainnya.

Jadi untuk melawan itu semua, kami mempunyai aturan : tidak ada foto wanita dalam sleeve rekaman. Sebenernya aturan tersebut lebih kompleks lagi, karena kami juga berusaha menghindari gambar dari pria memegang gitar, karena itu memberi anggapan ke orang banyak bahwa hanya pria yang bisa bermain gitar.

Mengapa saat Sarah Record tidak pernah merilis salah satu band C-86?
Sarah baru memulai aktifitasnya setelah November 1987, jadi hampir semua band C86 telah mempunyai label – beberapa juga telah merilis album, jadi mereka tidak mempunyai ketertarikan terhadap label baru. Dan juga, kami lebih suka untuk merilis rekaman dari band baru – hal itu lebih mengasyikkan.

Bagaimana Anda bisa mendapatkan info tentang band-band yang akan Anda rilis? Apakah Anda sering datang ke gig atau band-band tersebut yang mengirimkan demo mereka kepada Anda?
Hampir semua band yang dirilis di Sarah berawal dari demo tape yang kami terima. 95 persen dari tape yang kami terima saat itu adalah ‘sampah’. Dan 5 persen dari itu yang menurut kami spesial yang lalu pada akhirnya kami rilis.

Anda masih kuliah ya saat menjalankan Sarah Records? Apakah ada masalah pembagian waktu antara kuliah dan menjalankan Sarah Records?
Clare saat itu masih kuliah (ia berumur 19 tahun saat Sarah mulai berjalan), sedangkan saya telah lulus lebih dulu karena umur saya lebih tua daripada Clare. Saya tidak mengingat ada masalah besar saat itu, namun yang pasti kami tidak merilis begitu banyak album saat kami baru mulai berjalan.

Ketika Sarah Records telah berjalan, Anda masih suka menulis dan menerbitkan fanzine?
Sebenarnya tetap menerbitkan fanzine ketika Sarah berjalan merupakan rencana awalnya. Karena kami berpikir fanzine memegang peranan penting juga dalam pop music seperti juga sebuah rilisan album.

Maka dari itu kami memberi angka dalam setiap katalog Sarah fanzine, seperti juga sebuah rilisan singel. Karena kami ingin orang yang membaca fanzine bisa merasakan hal yang sama seperti saat orang sedang mendengarkan singel 7”

Sayangnya, menulis fanzine membutuhkan waktu yang lama, dan saat Sarah semakin sukses, kami tidak pernah mempunyai cukup waktu untuk menulis fanzine.

Seingat Anda, berapa besar modal awal yang anda keluarkan saat Anda dan Clare mendirikan Sarah Records?
Merekam singel yang kami rilis pertama kali (“Pristine Christine”) menghabiskan 300 pounds. Dan biaya produksi piringan hitam 7” menghabiskan sekitar 500 pounds untuk 1000 kopi. Sepuluh singel pertama yang kami rilis menghabiskan biaya yang lebih banyak dari perkiraan kami karena mencetak gambar label yang berwarna ternyata biayanya mahal.

Kami tidak tahu sama sekali urusan cetak mencetak seperti itu akan begitu menghabiskan banyak uang, dan tidak ada orang lain juga yang memperingatkan kita terhadap hal tersebut.

Di negara seperti di Indonesia, banyak band indiepop yang sangat terpengaruh oleh band-band Sarah Records. Setiap rilisan Sarah sudah dianggap kitab suci tersendiri oleh mereka. Bahkan di Indonesia pernah ada acara tribute to Sarah Records yang bertajuk “We Love Sarah.” Itu baru di Indonesia sebagai sebuah negara ketiga. Belum di negara-negara lainnya yang lebih besar dan mempunyai akses yang lebih mudah untuk mendapatkan rilisan Sarah. Anda pernah membayangkan nama dan pengaruh Sarah Records kepada scene indiepop dunia akan sebesar ini?
Yang lucu, semua rilisan Sarah sebenarnya tidak diedarkan di negara-negara lain selain di Inggris. Kami sempat sekali melakukan deal distribusi di Perancis, dan kemudian juga di Jepang, tapi itu hanya untuk beberapa rilisan. Sebagai contoh, album The Field Mice yang terakhir tidak dirilis di satu negara pun selain di Inggris. Tidak ada satu rilisan kami juga yang dirilis di Amerika kecuali album-album Heavenly yang memang merupakan lisensi dari K records.

Jadi sulitnya mencari rilisan Sarah di Belanda atupun di Jerman akan sama susahnya seperti mencari rilisan Sarah di Indonesia. Mungkin karena kesulitan itu juga yang malah membantu nama Sarah bisa menjadi besar – karena semakin sulit dicari biasanya menjadi semakin spesial. Dan jika ada satu orang yang berpikir rilisan Sarah adalah sesuatu yang spesial, dia akan mulai memberi tahu yang lain.

Saya selalu penasaran, mengapa Anda menamakan Sarah? Dan apa maksud dari logo Cherry?
Nama Sarah juga berbau feminisme. Karena industri musik kala itu lebih bersifat ‘macho’ dan didominasi oleh pria. Dan untuk itu kami memberi nama label dari nama wanita.

Ide dasarnya untuk membuat suatu reaksi terhadap itu semua. Kami ingin mencoba untuk menyingkap sebuah kebencian terhadap wanita yang kala itu sedang terjadi di industri musik. Jika ada jurnalis musik mengejek nama Sarah atau memberi review album rilisan Sarah dengan nilai buruk hanya karena nama Sarah itu sendiri, kami akan menuduh mereka melakukan diskriminasi terhadap gender. Dan kami berhasil!

Sepertinya tidak ada jawaban yang cerdas mengenai logo. Gambar cherry tersebut kami ambil dari sebuah foto dari seorang teman yang berasal dari Jepang. Foto itu menampilkan sejumlah buah cherry di dalam mangkuk. Kami akhirnya menggunakan foto tersebut dalam kover rilisan kompilasi pertama kami, Air Balloon Road. Dan fotokopi dari gambar cherry itu kami ambil lagi untuk logo label. Kami berpikir itu adalah gambar yang bagus, kuat dan simpel, jadi kami memutuskan untuk menggunakannya.

Anda saat ini menjadi editor pada majalah Smoke. Di majalah tersebut sama sekali tidak berhubungan dengan musik. Apakah itu benar? Mengingat masa lalu Anda erat sekali berhubungan dengan musik.
Betul. Majalah Smoke adalah majalah yang menampilkan segala sesuatu mengenai kota London, kota asal saya. Saya dan Clare sempat bermukim di Bristol karena kuliah. Asalnya saya memang tinggal di London, dan Clare tinggal di Harrogate (dekat Leeds di Yorkshire)

Saya selalu menikmati menulis. Semua rilisan Sarah juga menampilkan tulisan-tulisan saya, yang kebanyakan tidak berhubungan dengan musik. Jadi menulis di majalah Smoke lebih kepada kelanjutan dari apa yang saya tulis di leaflets setiap rilisan Sarah dibandingkan dengan musik Sarah itu sendiri.

Kalau Clare sendiri apa kabarnya? Dia sekarang mempunyai pekerjaan apa?
Dia sekarang bekerja sebagai seorang akuntan.

Apakah Anda di waktu luang, pernah sesekali mendengarkan kembali rilisan-rilisan Sarah?
Saya hanya memutar rilisan Sarah jika ada orang yang ingin mendengarkannya, tetapi biasanya itu sebuah kejutan tersendiri saat saya memutarnya.

Belum lama ini saya sebenarnya baru mendengarkan sebuah CD yang berjudul CD86 – sebuah restropective dari gambaran keseluruhan scene C86. Di rilisan itu ada empat band rilisan Sarah, yakni Sea Urchins, 14 Iced bears, Another Sunny Day dan The Hit Parade ditambah lagi dengan beberapa yang pernah saya rilis dalam bentuk flexidisc di Sha-la-la (label flexidisc saya sebelum Sarah terbentuk.), seperti Mighty Mighty, The Clouds, Talulah Gosh, Razorcuts, Bachelor Pad, Siddeleys...dan sejujurnya banyak dari band-band tersebut masih terdengar cukup bagus saat saya mendengarkan kembali, walaupun beberapa lainnya yang ada di kompilasi tersebut...tidak bagus.

Apa yang saat ini sedang Anda dengarkan ? Band-band apa yang kini menjadi favorit Anda?
Oh, saya tidak pernah menjawab pertanyaan tipe ini. Karena saya tahu saya akan menyesal begitu saya membacanya kembali saat sudah tulisan itu sudah dicetak. Terlalu banyak pilihan, itu yang membingungkan saya untuk menjawab band apa yang saat ini saya sukai. Rekaman yang bagus akan selalu dirilis oleh band yang membuat segala jenis musik..itu yang membuatnya terdengar mengasyikkan.

Tuesday, December 16, 2008

Di Tengah Hutan, Dua Gadis Belia Berkemeja Flannel Menyanyikan Lagu Dari Salah Satu Band Yang Paling Dicintai di Tahun 2008 Ini.




Sebuah cover version dari lagu Fleet Foxes "Tiger Mountain Peasant Song" yang sangat menarik. Dibawakan oleh duo asal Swedia yang menamakan diri mereka First Aid Kit.

Setelah disaksikan kurang lebih 160.000 kali oleh ribuan orang di Youtube, mereka memutuskan untuk merekam cover version ini di dalam studio. Tapi rasanya lebih baik melihat livenya seperti ini, daripada hanya mendengar saja. hehe..

Wednesday, December 3, 2008

Bandung Pop Darlings (1994-2008)

Sudah hampir 15 tahun, scene musik independent di kota Bandung telah berjalan. Dalam perjalanannya begitu banyak band yang lahir, begitu pun lahirnya komunitas-komunitas musik yang tersebar di beberapa daerah di kota Bandung dan juga ramainya event-event musik yang dikemudian hari menjadi event-event bersejarah.

Melalui acara radio PopCircle edisi spesial Bandung Pop Darlings yang mengudara semalam, kami mencoba untuk menelusuri kembali scene musik era 90an hingga kini di kota Bandung khususnya untuk musik pop. Kami mengajak para pendengar untuk sejenak bernostalgia.

Di studio Rase FM, kami mengundang Alexandra J Wuisan, vokalis pertama dari band Cherry Bombshell. Ia bercerita panjang lebar mengenai awal karir bermusiknya bersama Cherry Bombshell, situasi scene musik Bandung di awal 90an, serta proses mencari refrensi musikal di era sebelum internet merambah masyarakat.

Selain itu, kami juga mengundang Eta band, salah satu band Bandung yang berkarir di pertengahan 90an. Mereka juga bercerita banyak mengenai perkembangan scene Bandung di jaman mereka.

Tidak hanya menghadirkan narasumber di studio, kami juga berbincang via telepon dengan Manik dari band Laluna dan juga Mawir, seorang scenester di jamannya. Mereka berdua juga membagi kisah-kisah nostalgia mengenai pergerakan musik di Bandung era 90an dan beragam komunitas musik yang muncul di jaman itu.

Para pendengar juga kami undang untuk membagikan kisahnya mengenai event-event musik yang paling berkesan yang pernah diselenggarakan di kota Bandung.

Semua kisah-kisah nostalgia itu bertambah lengkap dengan iringan playlist yang telah kami siapkan. Selama tiga jam penuh, kami memutarkan beragam band-band independent baik band-band yang namanya telah populer, band-band underated dan juga band-band baru yang semuanya itu turut meramaikan scene musik pop di kota Bandung selama ini.

Secara garis besar kami membagi playlist menjadi tiga bagian: sebelum tahun 1995, era 1995-2000, dan era 2000 hingga sekarang.

Materi-materi yang kami putar semalam juga cukup spesial. Semalam, kami banyak memutarkan lagu-lagu yang tidak pernah dirilis yang melingkupi radio sessions, live tracks, outtakes, bedroom & studio demos, dan juga covers version.

Sebenarnya playlist yang sudah kami siapkan cukup banyak, tapi karena terbatasnya waktu siaran, terpaksa ada beberapa lagu yang tidak jadi kami putar. Berikut ini adalah playlist yang diputar semalam:

1. RNRM - PLANKTON (FEAT. DMZ) : unreleased. materi untuk album selanjutnya.

2. CASCADE - THE HYPNOTIZER: unreleased. materi untuk ep yang akan dirilis awal tahun depan.

3. FRESH MILK - ORDINARY LIFE

4. ASTROLAB - FRAGILE THING BENEATH THE RAW: unreleased. b sides dari album The Blue Thread Saga.

5. DANCE OVER THE MUSIC - NONSENSE ADVICES

6. BABY EAT CRACKERS - KISH KISH

7. SUMMERY - BRIGHTEST STAR

8. BLEARY EYES – UNREQUITED

9. LASS – TRUTH

10. SHEATH - THE GREAT

11. MOCCA - SECRET ADMIRER: unreleased. alternate version dengan tambahan lirik bahasa Perancis.

12. PURE SATURDAY - DESIRE: live recording radio session GMR di tahun 1994, sebelum album pertama dirilis.

13. CHERRY BOMBSHELL - BACAR: unreleased. rough demo direkam melalui perangkat tascam. Alexandra yang menjadi vokal utamanya.

14. CHERRY BOMBSHELL - UNTITLED: unreleased. materi yang terbuang untuk album Waktu Hijau Dulu. belum ada judul. Widi yang menjadi vokal utamanya.

15. KUBIK - VANISHED: live recording radio session.

16. KAMEHAME - INSOMNIA

17. ETA - SEPI

18. GORGEOUS SMILE - BIRU SILAU: demo di awal karir mereka.

19. LA LUNA - WAJAH BARU: demo. unreleased. 

20. THE MILO - BROKE: rough demo. masih dinyanyikan oleh aji gergaji. sedangkan versi di album dinyanyikan oleh alvin dari teenage death star.

21. SOUL DELAY MIX – DESIRE: unreleased. materi untuk tribute to pure saturday yang tidak jadi dirilis.


PopCircle adalah program mingguan di Rase FM 102. 3, setiap rabu malam dari pukul 22.00 hingga pukul 1 dini hari, bersama Risa Saraswati dan Syauqy Lukman.