Rating: | ★★ |
Category: | Music |
Genre: | Alternative Rock |
Artist: | Inspirational Joni |
1. Dansa
2. Gemerlap
3. Saturday Night
4. Lantai Kaca
5. Frekuensi Tinggi
Jika para personil Inspirational Joni sedang mengikuti kuis Komunikata – yang dulu pernah ditayangkan di salah satu stasiun tv swasta – pasti mereka semua bisa menjawab pertanyaan di atas dengan cepat dan mudahnya. Kelima jawaban di atas akan sangat mudah kita temukan saat mendengarkan mini album perdana dari band asal Bandung ini yang memproklamirkan diri mereka sebagai pengusung dance/rock.
Disko bagi Inspirational Joni merupakan dasar ideologi, falsafah hidup dan tatanan nilai-nilai hedonisme yang mereka amalkan ke dalam setiap relung jiwa lagu-lagu mereka. Hasilnya sebuah mini album yang konsisten namun di satu sisi album ini tidak menawarkan sesuatu yang menyegarkan. Semua berjalan teratur, dan mudah tertebak. Semua elemen kata disko dalam album ini berakhir menjadi sesuatu yang klise. Contoh paling signifikan bisa terlihat dalam lagu “Demam Disko” yang refrennya berbunyi seperti ini : Ayo semua berdiri / Dan segera hentakkan kaki / Ikuti irama kami. Rasanya kalimat tersebut sudah jutaan kali kita dengar pada lagu-lagu tipe upbeat atau dansa. Bahkan Melly Goeslaw baru-baru ini juga menampilkan lirik setipe itu pada lagu "Let's Dance Together" yang menjadi singel utama dari proyek terbarunya yang bernama BBB, sebuah band karbitan yang mempunyai musik bernuansa dance ala 80an yang beranggotakan para bintang sinetron yang mencoba peruntungannya di dunia tarik suara.
Kembali ke soal lirik. Apakah karena tujuan utama musik-musik dansa seperti yang diusung Inspirational Joni ini hanya ingin membuat orang bergoyang sehingga urusan lirik jadi terbengkalai dan dikerjakan seadanya? Untuk Inspirational Joni, keterbatasan lirik mereka mungkin juga dikarenakan oleh ketaatan mereka pada pakem disko, sehingga pada satu sisi mereka terlalu takut untuk menggunakan elemen-elemen yang dirasa tidak sesuai dengan pakem disko tadi. Pada titik ini, saya rasa The Upstairs sungguh beruntung mempunyai Jimi Multhazam. Seorang penulis lirik yang cerdas yang bisa membuat hal biasa menjadi luar biasa dan lebih khususnya lagi, ia bisa membuat kata disko menjadi jauh lebih berwarna dan tidak hanya terpaku pada lima kata yang tadi saya sebutkan di awal tulisan ini.
Selain masalah lirik, departemen vokal juga kurang berjalan maksimal. Secara teknis, vokalis baru mereka yang bernama Nadia sudah bernyanyi dengan benar. Tidak ada nada yang sumbang, mempunyai artikulasi yang bagus dan mempunyai power yang cukup. Namun jika semua faktor tersebut digabungkan dengan musiknya terasa ada sesuatu yang kurang. Semua terdengar datar, tanpa ada muatan emosi. Seharusnya mempunyai seorang vokalis wanita bisa menjadi keunggulan tersendiri bagi Inspirational Joni. Tapi yang terjadi dalam rekaman ini malah sebaliknya. Departemen gitar yang telah melakukan tugasnya dengan baik bekerja secara sia-sia. Kegarangan distorsi gitar yang saling meraung dinamis tidak disambut dengan sempurna oleh departemen vokal yang menurut saya terlalu ‘ngepop’ dan terlalu ‘sopan’. Untuk lagu-lagu dengan refren catchy dan ngepop seperti pada lagu “Frekuensi Tinggi” atau “Burn This City Down” vokalnya terdengar lebih selaras dibandingkan dengan vokalnya di lagu yang lebih keras seperti “Killer on the Backseat” Biarpun terasa kurang mengigit, lagu ini merupakan satu-satunya lagu yang terbebas dari ‘demam disko’ yang melanda mini album ini dan juga merupakan track favorit saya walaupun saya kurang menyukai versi remixnya yang menampilkan sedikit nuansa trance.
Di luar segala kekurangan dalam mini album ini, secara umum kemampuan musikal Inspirational Joni tidak bisa dipandang sebelah mata. Secara musikal, mereka bisa meramu dengan cerdas berbagai elemen modern rock dari berbagai band panutan mereka tanpa harus meniru mentah-mentah sehingga musik mereka tidak terdengar sebagai band copycat dari suatu band tertentu. Lupakan lirik-lirik mereka yang klise, karena bagaimanapun musik disko berutang budi kepada band-band dance/rock seperti Inspirational Joni ini. Musik mereka adalah sebuah pengejewantahan dari semangat disko yang hidup kembali dan bermetamorfosis menjadi sebuah musik masa kini. Ya musik masa kini, seperti yang ditegaskan oleh mereka melalui salah satu lirik lagu dalam mini album ini. Sebuah mini album yang tepat untuk diputar di dalam kendaraan saat perjalanan untuk menonton konser The Upstairs.
kenapa engga dengerin upsters aja kalo mau nonton upsters Dim? sekalian ngapalin lirik gitu.. :P
ReplyDeletetp secara vokal emang karakter Nadia emang kurang garang sih. Shera emang lebih pol sih kl gue boleh ngebandingin. dan emang musikalitas mereka is good. apalagi si dani. terakhir gue maen ke kostannya orang itu ga punya gitar sama sekali di rumahnya! tapi bisa bikin riff2 gitar yg oke bgt di Ins. joni..
Shera kualitasnya bagus, tapi terlalu 'Karen O' menurut gue. Gaya musikal Inspirational Joni sendiri kalau gue denger singlenya di radio, masih very The Upstairs.
ReplyDeleteNo ah An. kl menurut gue lebih 'gitar' bgt si Joni teh. secara gitaris mereka kan 2.
ReplyDeletethe single, An, the single.
ReplyDeletekalau bukan single, yang gue denger di demonya, malah very The Rapture atau Franz Ferdinand. well, it takes time to develop your own sound. ;)
ya ya yaaaa. hehe
ReplyDeleteshera udah nggak di InJon lagi? padahal seru tuh dulu liat mereka live trus shera joget2, skarang dia di band apa?
ReplyDeletebah, elo beneran baru tau bo?
ReplyDeletepernah mendengar kabar dari teman gw yang bekerja di bandara polonia medan kalo shera sekarang sudah berkarir sebagai karyawan adam air dimedan...
ReplyDeletesayang sekali memang.. kayaknya dia sudah meninggalkan metropolutan untuk pulang kekampungnya...
Yang bener lo? Haha. Takluk juga dia sama rupiah.
ReplyDeleteDengan modal EP ini, sebenarnya lebih menarik menyaksikan mereka bermain langsung di atas panggung ketimbang mendengarkan rekamannya. Gue sepakat dengan seluruh elemen yang elo bilang, Mas.
ReplyDeleteLirik mereka nggak garang. Karakter vokalnya Nadia juga nggak garang.
Ngomong-ngomong lirik, kayaknya kalo mau nulis lirik keren itu nggak terkungkung oleh musiknya deh, Mas. Iya nggak sih?
Tae banget komentar lo Lix. huehue.. Hari gini siapa yang ga butuh fulus..?! hehe..
ReplyDeletejangan salah... rupiah jelek-jelek juga banyak yang nyari rick!! hahaha
ReplyDeletesampai berjumpa di lapangan....
oiya.. walopun shera udah di medan.. tapi doi punya pacar orang jepang bok! soalnya temen gw sering ngeliat dia sms-an sambil baca kamus jepang...hahaha
iya setuju an..musik joni sekarang emang lebih 'gitar' dibandingkan yang dulu..tapi yah itu jadinya kurang maksimal gara-gara vokalnya nadia.
ReplyDeletehehe..dr gerak tubuh sampe tarikan vokal emang shera 'karen o' banget..kayaknya dia ngulik abis yah semua hal dari karen o.hehehe..
ReplyDeletetapi ngeliat manggung mereka sekarang udah gak seseru dulu lix..seruan masih ada shera..hehehe...
ReplyDeleteterakhir gw ketemu malah sama orang malay..sekarang orang jepang..hebat.
ReplyDeleteshera hebat nih. pantes banyak yang suka.
ReplyDeleteah enggak ah..nadia is the best...hehehe xp
ReplyDeletenadia kayaknya jauh lebih bagus dengan proyek solonya dia sendiri..
ReplyDelete..oops...gak boleh bocorin ya?
jadinya dia sama siapa sih man? sm major ya ktnya?
ReplyDeletekatanya Shera udah balik ke bandung. katanya mau gabung lagi sama Insp Jon. katanyaaa............
ReplyDeletekemaren gw ketemu shera pas dia ke bandung, emg katanya ada pembicaraan untuk shera balik lagi ke joni..tapi gak tau deh kelanjutannya.tapi dia masih kerja di medan.
ReplyDelete