Saat mengetahui Telefon Tel Aviv akan datang ke Indonesia, saya sangat antusias. Saya pernah (atau mungkin masih) menjadi penggemar mereka. Saya mendengarkan musik Telefon Tel Aviv dengan intens di awal tahun 2000an, melalui dua album mereka Fahrenheit Fair Enough dan Map of What is Effortless. Memang beberapa tahun belakangan ini, saya tidak lagi mendengarkan Telefon Tel Aviv, karena mereka juga tidak mengeluarkan material baru. Di tahun 2007 mereka hanya mengeluarkan sebuah album remix. Itupun bukan materi mereka, melainkan musik-musik dari berbagai musisi lain yang diremix oleh mereka.
Saya sempat membayangkan pertunjukan Telefon Tel Aviv di Indonesia nanti tidak akan dihadiri oleh orang banyak. Karena setahu saya musik mereka juga tidak naik-naik banget di sini. Jika berdasarkan jenis musik yang mereka mainkan - yang lebih banyak menghasilkan beat-beat down tempo - kondisi paling ideal untuk menonton dan menikmati musik mereka adalah di sebuah panggung kecil dengan penonton yang tidak begitu banyak hingga tercipta atmosfer yang lebih intim dan relaxing, yang sesuai dengan mood musik yang mereka mainkan.
Namun semua bayangan tadi sekejap berubah saat saya mengetahui Telefon Tel Aviv hanya satu dari sekian banyak musisi/dj yang tampil di acara ulang tahun OZ yang bertajuk Electro Synchronizer. Pertunjukkan kemarin lebih menyerupai sebuah festival musik, dengan dua panggung terpisah dan berbagai stand makanan dan minuman yang berada di sekelilingnya. Yang mengecewakan Telefon Tel Aviv disandingkan dengan DJ-DJ lokal yang notabene musiknya jauh berbeda dan yang pasti mempunyai penggemar yang berbeda pula. Yah saya tidak bisa menyalahkan pihak panitia untuk hal ini, kalau tujuan mereka memang untuk mendatangkan orang yang banyak. Toh ini acara ulang tahun, jadi memang sah-sah saja jika dirayakan dengan meriah.
Yang jelas, malam minggu kemarin di The Venue, Lembang, penuh dengan lautan manusia. Orang-orang dari luar Bandung, juga banyak sekali yang datang. Bahkan katanya ada yang datang langsung dari Singapura dan Malaysia. Di satu sisi, dengan begitu banyak orang yang datang kemarin, saya bisa bertemu banyak teman yang sudah lama saya tidak temui. Kurang lebih jadi ajang reuni kecil-kecilan.hehe..Namun di sisi lain, saya juga merasa tidak begitu nyaman karena begitu banyak orang yang datang dengan berbagai kepentingannya masing-masing. Tidak tahu juga, mungkin saya saja yang aneh karena suka pusing sendiri kalau terlalu banyak melihat orang di satu acara.
Menurut analisa saya, (maafkan jika analisanya sedikit sok tau..hehe..)orang-orang yang datang kemarin terbagi dalam dua kubu. Kubu pertama adalah orang-orang yang memang mendengarkan musik Telefon Tel Aviv yang berharap-harap cemas apakah lagu favorit mereka akan dimainkan atau tidak. Atau paling tidak, mereka pernah mendengar sedikit nama Telefon Tel Aviv tapi tidak begitu mendengarkan musiknya. Dan kubu kedua adalah orang-orang yang hanya ingin menikmati keriaan malam yang hanya ingin berdansa di bawah arahan para DJ. Dan kubu ini mungkin berpikir bahwa Telefon Tel Aviv juga bisa membuat mereka bergoyang.
Yang menjadi satu-satunya persamaan dari kedua kubu ini (menurut analisa saya yang lagi-lagi sok tahu), mungkin sebagian dari mereka juga ingin menikmati penampilan dari berbagai band lokal yang tampil sebelum Telefon Tel Aviv. Beberapa penampil sebelum Telefon Tel Aviv cukup mendapat sambutan meriah dari penonton. Di panggung outdoor yang saya sempat lihat penampilan Agrikultur dengan highlight disaat vokalisnya memanjat tiang panggung sambil bernyanyi dan juga Soul Delay yang musiknya sedikit banyak seperti Telefon Tel Aviv. Lalu di panggung indoor, saya sempat melihat Santamonica yang bermain bagus lengkap dengan visual-visualnya dan RNRM yang sempat mengkover sebuah lagu milik Telefon Tel Aviv.
Lalu sampailah kepada saat yang dinanti-nantikan. Charles Cooper dan Joshua Eustis telah siap di balik perangkatnya masing-masing. Lalu lagu demi lagu mengalun. Orang-orang dari kubu pertama mungkin bertanya-tanya, lagu-lagu ini dari album yang mana. Sedangkan orang-orang dari kubu kedua juga tak kalah herannya saat mendengar musik Telefon Tel Aviv yang ternyata tidak bisa membuat mereka bergoyang. Mungkin segelintir orang saja dari kubu kedua yang mau tidak mau memaksakan untuk menggoyangkan badan mereka mengikuti irama lagu. Salah satunya adalah model dan bintang film, Maria Agnes yang berdiri di depan saya. Dia tidak berhenti menggoyangkan badannya sembari memejamkan matanya seperti menikmati sekali musik dari Telefon Tel Aviv. Lalu di tengah pertunjukkan, ada seorang lelaki yang tiba-tiba naik ke atas pembatas panggung dan bergoyang sendirian. Mungkin dia ingin mengajak penonton lain untuk lebih ekspresif dalam menikmati musik Telefon Tel Aviv atau bisa jadi dia sedang ada masalah keluarga dan butuh pelarian.
Tidak banyak kata-kata yang keluar dari mulut Joshua dan Charlie sepanjang pertunjukkan. Di pertengahan set, Joshua memberi tahu penonton bahwa mereka mengalami masalah dengan drum machine yang tiba-tiba tidak berfungsi dengan baik. Karena masalah ini juga mereka tidak bisa membawakan lagu-lagu dari kedua album terdahulu. Paling hanya satu atau dua lagu dari album terdahulu yang dimainkan. Sisanya mereka memainkan lagu-lagu baru yang akan dimuat dalam album mereka selanjutnya. Walau begitu, saya tetap salut dengan mereka. Dengan keterbatasan, mereka tetap menampilkan performa yang luar biasa dan yang terpenting mereka tetap mencoba untuk meneruskan pertunjukkan, dan tidak berhenti di tengah jalan.
Namun Joshua dan Charlie yang saya temui di belakang panggung sesudah pertunjukkan, tampak cukup kecewa terhadap pertunjukkan malam itu. Saat saya hampiri, mereka berdua masih berdiskusi mengenai masalah matinya drum machine di tengah pertunjukkan. Mereka mengaku benar-benar melakukan banyak improvisasi karena masalah teknis tersebut. Dan mereka sangat menyayangkan tidak bisa memainkan banyak lagu dari album terdahulu. Yah saya hanya bisa berkata kepada mereka, “Masih ada lain waktu kalian bisa tampil di Indonesia dan membalas pertunjukan tadi, saya tunggu kedatangan kalian lagi disini.”
dan kebu ketiga adalah local boy yang datang tanpa tau acara ini tuh apa, yang penting tetap asik joget..
ReplyDeletehahahahaha
ReplyDeletefoto lu keren-keren, dimas :)
ReplyDeletejomplang banget dan bingung maunya ngebeat atow mau nonton musik... hehehehee
ReplyDeletedim, bagus2 foto2nya....huhu ga bisa dateng tp jd kebayang sekarang...
ReplyDeleteini atraksi debus dari FDMC ya?
ReplyDeletemmmhh...seharusnya TTA dianugrahi mini konser tunggal semi-lounge dan tiket seharga 100rb...may all of you blessed by bjork at future :)
ReplyDeletenice pics dims
himynameisfitrah : oh iya, lupa..kalo tiap acara pasti ada local boy yang datang ya entah dari mana.hehe
ReplyDeleteraturaturu & fififurfairy : makasi..sebenarnya lampu-lampu itu yang banyak membantu :p
killerafternoon : panitianya masih plin plan, Bar..Mau bikin rave party tapi takut digrebek polisi. yah jadinya kayak kemaren aja deh..huehue
popcadelic : haha..emang dia sering aktraksi kayak gini yah? baru liat agrikulture kemaren doang soalnya.
justabonboy : iyaaa.bener banget. harusnya mereka manggung di tempat-tempat semi-lounge gitu ya. mantap pasti.
ini sapa ya? eki? hendra?
ReplyDeletewah iya tuh mas2 robotic itu, pulang selamat gak ya
ReplyDeleteekspektasi gw seb dateng ke acara ini ternyata terlalu berlebihan dan ternyata mmmphhhhhhhhh...........xp
ReplyDeleteya dan semua dihancurkan gara-gara satu dj berinisial R.O.M.I...Terimakasih sama dia yang udah memuaskan hasrat anak dugem yang nggak tahan pgn dtg ke sebuah acara apapun itu dan tiba-tiba ada acara dengan tiket seharga 25.000 saja (mahalan tol dari jakarta hahaha), jadilah manusia-manusia kenceng abis itu kecele denger T.T.A hahaha sukurin! nice pics mas!
ReplyDeleteah elu mon, gak gabung sama kita2...
ReplyDeletefoto fotonya bahus dech
ReplyDeleteahahahah... tyo nugros beneran ya? gw kirain drummernya maymelian... mirip siih...kikikikikkk..
ReplyDeleteaku tak datang sebal sebal sebal..
ReplyDeleteSaya masuk kubu keempat. Seorang dari luar kota, yang kebetulan sedang liputan di Bandung, bertepatan dengan acara di mana Televon Tel Aviv main. Saya tetap datang, meskipun gue nggak "masuk" dengan musik mereka. Alasannya ada tiga. Pertama, mumpung mereka lagi datang, dan saya lagi di Bandung, nggak ada salahnya untuk melihat mereka main. Kedua, pengen ketemuan dengan teman-teman yang pastinya bakal datang ke sana. Ketiga, liat cewek-cewek. Hehehe....
ReplyDeletemampir bentar ya di blognya, iya sayang ya, line up nya salah bgt, yg tadinya dtg mo denger music2 down tempo tiba - tiba disikat sm romy dengan tyo nugros nya yg sering loss tempo. . mmm.. 1945 keren si, tp salah gig ya. . gmn ga pada kluar tu org2. . haha
ReplyDeletewahhhh.., sepertinya kita pernah saling bersebelahan ya..x), saya juga mengambil beberapa foto panggungannya di depan
ReplyDeletesi babams?..kemarenan gw baru ketemu lg ma dya xal..setelah sekian lama...heuaheuahea
ReplyDelete