Monday, June 29, 2009
Enam Lagu di Bulan Keenam
Inilah enam lagu favorit yang saya dengarkan sepanjang bulan keenam di tahun 2009 ini. (in chronological order):
* silahkan klik judul lagunya untuk mengunduh
Wednesday, June 24, 2009
Rasuk
Rating: | ★★★★ |
Category: | Music |
Genre: | Indie Music |
Artist: | The Trees and The Wild |
Dari detik-detik pertama, perlahan kita dipapah masuk ke tubuh The Trees and The Wild dengan iringan bebunyian synthesizer yang mengambang dan misterius. Tak berapa lama, lagu pertama “Verdue” pun menghentak penuh gairah dengan raungan gitar elektrik yang lincah. Sebuah track pembuka yang meriah.
Setelah itu, album ini sarat dengan komposisi folk yang menenangkan, seperti “Honeymoon on Ice” yang terinspirasi film Eternal Sunshine of the Spotless Mind, dan juga “Berlin” yang merupakan lagu pertama yang mereka ciptakan di masa-masa awal band ini baru terbentuk. Demikian pula “Malino”, sebuah komposisi anggun tentang kerinduan, dibuka dengan kicauan burung dan desir ombak yang santun bergemuruh, ditimpali orkestrasi gitar yang cantik. Di satu bagian terdengar suara gitar menyerupai kolintang, alat musik tradisional Sulawesi Utara. Segala bunyi-bunyian ini seperti menguatkan judul lagu itu sendiri, yang diambil dari nama daerah tersebut.
Memang salah satu keunikan musik The Trees and The Wild adalah penggabungan sedikit elemen world music khususnya etnik Indonesia ke dalam musik mereka yang modern. Contoh paling signifikan adalah “Our Roots”, sebuah komposisi instrumental yang memadukan nuansa dream pop melalui alunan vokal wanita yang melayang dan berlapis-lapis, dengan irama pentatonik Jawa yang disempurnakan oleh permainan gitar elektrik yang menyadur irama ukulele sebagai salah satu pondasi lagu. Kekuatan lainnya terletak pada alunan suara vokalis Remedy Waloni yang begitu khas, meskipun tak bisa dipungkiri mengingatkan kita pada suara John Mayer. Hubungan kekerabatan suara ini memang laksana pisau bermata dua: musik The Trees and The Wild akan sangat mudah dikenali melalui suara Remedy, atau justru menjadikan sekawanan ini sebagai ‘band dengan vokalis bersuara John Mayer’.
Mereka juga bermain-main dengan kompleksitas struktur lagu, yang lazim diterapkan band-band post rock seperti Sigur Ros, yakni dinamika lagu yang rata-rata terdengar minimalis di bagian awal, lalu berangsur-angsur menanjak dan terus menanjak hingga terdengar ramai di penghujung lagu. Seperti pada “Derau dan Kesalahan”, dimana vokal latar wanita menjadi pengantar yang melenakan di awal lagu, lantas kita dikejutkan oleh riff gitar elektrik yang berubah menjadi agresif, menandakan perubahan dinamika lagu menuju komposisi epik nan megah. Sungguh petualangan musikal yang mengasyikkan. Begitu juga pada “Irish Girl”, yang dibuka oleh melodi gitar smooth jazz ala Fourplay, untuk kemudian ditutup oleh riuh rendahnya seksi gesek yang bersahut-sahutan dengan tabuhan perkusi dan ramainya vokal latar.
Penggabungan kesederhanaan folk yang kontemplatif, kerumitan post rock yang membius, dan sedikit elemen world music yang eksotis, membuat album Rasuk ini mampu menghanyutkan relung jiwa setiap pendengarnya. Jadi, sudah siapkah Anda kerasukan Rasuk?
ulasan ini ditulis untuk webzine rumah buku
Monday, June 15, 2009
Subscribe to:
Posts (Atom)