Friday, January 27, 2006

Berbagi Sakit oleh Rumah Sakit

Semalam Ballads of The Cliche bermain di acara tribute untuk Rumah Sakit. Rumah Sakit adalah salah satu idola dan sumber inspirasi kami saat hijau dulu, saat kami semua baru mulai membentuk band. Gw masih ingat, betapa kami semua selalu menantikan tampilnya Andri Lemes dkk di panggung di setiap acara Britpop yang dulu diselenggarakan secara regular setiap minggunya pada periode tahun 1997-1999. Dulu kami masih di bawah nama Engsel, juga sering bermain pada acara - acara indies tersebut dan kami selalu memainkan lagu-lagu Britpop dari grup-grup seperti The Stone Roses, Blur, dll dan tentunya kami membawakan lagu dari Rumah Sakit. Selain bermain pada acara- acara indies regular, kami dulu juga sering mengikuti festival - festival musik dan pada festival musik yang pertama kali kami ikuti, kami memainkan lagu Hilang dari Rumah Sakit. Festival tersebut diselenggarakan oleh Universitas Indonusa Esa Unggul dan salah satu jurinya waktu itu adalah Agus Sasongko.


Tahun demi tahun berjalan, kami mereformasi band kami dengan nama baru, Ballads of the cliche dan tentunya dengan spirit yang baru. Karena kami tidak lagi membawakan lagu-lagu dari grup Britpop dan mencoba untuk membuat musik sendiri dan merekamnya dalam bentuk album. Sebuah perjalanan baru, baru saja dimulai bagi kami. Di satu sisi, Rumah Sakit baru saja mengakhiri perjalanan musikalnya. Kami semua sangat menyayangkan perpisahan tersebut. Tapi setiap perjalanan pasti ada akhir dan kami semua sebagai penggemar harus berbesar hati menerima perpisahan tersebut.


Waktu berlalu, kami pun telah merampungkan mini album pertama. Dipilihnya lagu Jennifer Loves Hewitt sebagai single pertama kami dan juga akan dibuatkan video klipnya. Video klip pertama kami itu kebetulan dibuat oleh Andri Lemes. Sebuah obsesi yang terpendam dari kami semua untuk dibuatkan video klip oleh salah satu idola kami. Kalau dulu gw selalu melihat Andri dari depan panggung sekarang gw bisa duduk mengobrol dan minum bir bareng dia bahkan sampai menginap di kosan gw. Sebuah keadaan yang mungkin tidak pernah gw bayangkan saat gw masih sering menonton Andri Lemes dkk di setiap acara indies. Sebenarnya masih ada satu obsesi kami yaitu untuk mengajak Andri Lemes duet di panggung. Impian itu hampir kesampaian sewaktu kami bermain di acara Class of 95 di Tobucil, Bandung. Jadi saat itu kami merencanakan untuk membawakan Pop Kinetik yang telah kami rombak menurut versi Ballads dengan bintang tamu Andri Lemes. Tetapi sayang sekali di hari H, Lemes ada kesibukan lain yang tidak bisa ditinggalkannya. Jadi impian itu harus tertunda.


Saat datang tawaran untuk bermain di Tribute Rumah Sakit di Parc, gw pribadi sangat bersemangat. Gw langsung mendengar kembali kedua album mereka, sambil memilih lagu mana yang cocok untuk dirombak. Tapi sangat disayangkan persiapan kami untuk acara ini begitu minim. Dikarenakan terutama karena kesibukan gw yang masih kuliah di Bandung jadi tidak bisa sering-sering balik ke Jakarta untuk latihan. Kebetulan di otak gw sudah terbayang beberapa aransemen untuk 3 lagu Rumah Sakit yang akan kami bawakan, jadi pas gw balik ke Jakarta kami tinggal melatihnya saja, tanpa harus berpikir lagi di studio. Sebelumnya gw sms anak-anak dulu untuk usulan lagu dan aransemen yang gw rencanakan. Dan ternyata ada tambahan usulan lagu juga dari Erick. Jadi total sebelum latihan ada 4 lagu yang kira-kira akan kami latih saat latihan nanti dan nantinya dari 4 lagu tersebut tinggal dipilih mana yang kira-kira layak untuk dimainkan, sukur-sukur keempat-empatnya bisa dimainkan dengan baik. Tapi gw sendiri meragukannya mengingat waktu latihan yang sangat minim.


Gw sendiri baru bisa balik ke Jakarta pada H min 1 sebelum acara. Jadi total kami ada waktu latihan 3 kali. Pertama pada Rabu malam. Lalu Kamis malam sebelum ceksound dan terakhir tentu saja saat ceksound, hehe... Latihan berlangsung dengan lancar. Usulan aransemen dari gw dan Erick kebetulan bisa diterima oleh yang lain. Jadi selebihnya tinggal memolesnya saja. Setelah diputuskan kami akan memainkan 3 lagu Rumah Sakit. Akhirnya tiba di hari H, kami mendapat urutan manggung setelah band The Beautiful People (kalau tidak salah), Pada kesempatan ini, Ballads tidak akan memainkan lagu-lagu sendiri, jadi manggung kali ini begitu spesial karena ini baru kali pertama kami di bawah nama Ballads of the cliche manggung dengan sama sekali tidak membawakan lagu sendiri. Lagu pertama yang kami bawakan adalah Anomali yang diambil dari album kedua Rumah Sakit. Aransemen lagu ini lumayan berubah dengan sedikit nuansa disko. Lagu kedua adalah Sakit Sendiri yang telah kami rombak menjadi lebih ceria dan jauh dari kesan galau seperti pada aransemen aslinya. Nuansa lagu sedikit bernafaskan country dan folk yang dihiasi oleh alunan harmonica. Dan lagu Rumah Sakit terakhir yang kami bawakan malam itu adalah Pop Kinetik yang juga telah kami bawakan di Bandung hampir setahun yang lalu. Tidak ada perubahan aransemen yang begitu signifikan pada lagu ini dari terakhir kami memainkannya di acara Class of 95. Saat kami memainkan lagu ini semua yang hadir tampak hafal sekali dengan lirik Pop Kinetik, dan ikut bernyanyi bersama. Hal itu membuat gw sedikit malu karena gw sendiri belum hafal liriknya sehingga saat manggung pun , gw masih melihat contekan lirik yang gw tempel di kabel mic gw, hehehe...Menurut gw, kemarin kami bermain kurang begitu rapi, mungkin kalau ada kesempatan latihan sekali atau dua kali lagi, akan bisa lebih rapi dan sempurna. Lagu- lagu selanjutnya yang kami bawakan adalah You're The One For Me Fatty dari Morrisey dan Elephant Stone dari The Stone Roses untuk mengembalikan memori kami saat kami semua masih bermain di bawah nama Engsel dan saat kami semua masih menonton Rumah Sakit dari depan panggung di acara- acara indies.


Sungguh kesempatan yang berharga bagi kami karena bisa memainkan lagu -lagu dari idola kami semua dan memainkannya di hadapan mereka. Terlebih bisa memainkannya menurut versi kami. Yah memang kami semua tumbuh bersama Rumah Sakit dan mereka semua tetap menjadi salah satu sumber inspirasi kami sampai sekarang. Terima kasih Marky, Mickey, Andri Lemes, Shendy, Dion, Gory untuk berbagi 'kesakitan'nya selama ini.

Thursday, January 5, 2006

Top 10 best cover versions ever recorded



Lagu kover adalah
sebuah bentuk interpretasi yang baru dari sebuah lagu di masa lalu. Hal ini
dilakukan banyak musisi atau artis dengan berbagai alasan. Alasan yang paling
umum biasanya karena si  artis itu adalah
artis baru yang belum dikenal masyarakat, dan agar masyarakat lebih gampang
mengenal sang artis, maka dia mengkover sebuah lagu lama yang telah familiar di
masyarakat. Atau alasan lainnya, mungkin si artis memang menyukai dan
mengidolakan artis original yang membawakan lagu yang dikovernya. Atau juga ada
artis lama yang sudah memudar namanya dan ingin kembali lagi ke industri musik
dan mencetak hits, maka mengkover lagu yang telah popular di masyarakat adalah
salah satu cara untuk bisa menaikkan kembali popularitas sang artis.




Terkadang mengkover
lagu itu bisa berbuah sukses atau malah gagal dan menjatuhkan penjualan si
artis. Malah ada di beberapa kasus, sebuah lagu bisa lebih dikenal karena artis
yang mengkovernya dan malah masyarakat tidak mengetahui bahwa lagu itu adalah
lagu kover. Menurut gw lagu kover yang baik itu bisa membuat pendengarnya
merasakan nuansa yang berbeda bila dibandingkan dengan mendengar lagu aslinya.
Karena kalau lagu kover itu tidak menawarkan sesuatu yang baru, buat apa lagu
tersebut dikover?




Berikut ini, gw akan
menuliskan 10 lagu kover terbaik menurut gw beserta alasannya dan tidak
berdasarkan urutan.






1. Wonderwall - Ryan Adams, 2004 Original by Oasis,
1995




Ryan Adams membuat
lagu ini terasa lebih emosional. Ambient yang dingin dan gelap, petikan akustik
gitar dan suara Ryan Adams yang rapuh membuat suasana lagu menjadi lebih
menggetarkan. Kabarnya Noel Gallagher sangat menyukai versi ini sehingga
membuat Noel sering membawakan Wonderwall menurut versi Ryan Adams di setiap konser
Oasis sekarang.




2. I Just
Don't Know What To Do With Myself - The White Stripes, 2003
Original by Dusty Springfield, 1964




Sebuah lagu klasik
dari Burt Bacharach yang dulu dipopulerkan oleh Dusty Springfield kini diadur
ulang dengan nuansa kotor dan kasar ala White Stripes. Lagu ini mejadi lebih bermakna
jika melihat video klipnya garapan Sofia Coppola yang dibintangi Kate Moss yang
menari striptease nan menggoda, hehe…




3. Comfortably Numb -
Scissor Sisters, 2004

Original by Pink Floyd, 1979




Dengan intro gitar yang seakan memanggil kita
untuk bersiap turun ke lantai dansa, Scissor Sisters bisa membuat lagu Pink
Floyd ini yang tadinya seperti lagu untuk bunuh diri, sekarang bisa dimainkan di
lantai dansa. Sangat ceria dan danceable. Cocok untuk diputar saat lantai dansa
masih kosong, karena lagu ini akan menjadi sirine anda untuk turun dan berdansa.




4. I Will
Survive – Cake, 1997
Original by
Gloria Gaynour, 1979




Lagu ini yang membuat Cake berkibar di industri
musik dunia. Malah gw terkadang menganggap lagu ini adalah lagu original dari
Cake, karena lagu ini sudah sangat identik dengan Cake. Daur ulang versi
classic diskonya Gloria Gaynour dilakukan dengan baik sekali oleh Cake. Yang gw
tidak lupa akan lagu ini adalah pattern bassnya yang sangat groovy.




5. Fiona Apple – Across The
Universe, 1998
Original by The Beatles 1970




Diantara
versi-versi Across The Universe yang lain , versi dari Fiona Apple yang diambil
dari soundtrack
Pleasantville
adalah yang paling baik menurut gw. Alunan vocal malas malasan Fiona malah
membuat lagu ini menjadi sangat bernyawa. Lagu pun seperti berjalan sangat
lambat dan mengalun. Sekilas seperti mendengarkan orang yang baru saja
mengkonsumsi mariyuana sedang bernyanyi. Jika John Lennon masih hidup dia pasti
akan menyukai versi ini. Tapi gw tidak yakin Paul McCartney akan suka.




6. My Bloody Valentine,
1994 - We Have All The Time In The World
Original
by Louis Armstrong, 1992




Mungkin tidak pernah terbayangkan sebelumnya.
Sebuah band legendaris beraliran shogaze akan mengkover sebuah lagu dari salah
satu musisi jazz legendaris. Sebuah lagu klasik dari soundtrack film James Bond milik Louis Armstrong dengan
sangat baik didaur ulang oleh My Bloody Valentine menjadi sebuah himne yang
membius. Pada lagu ini My Bloody tampak lebih tenang, tidak ada suara gitar
yang mengaung-ngaung, tetapi juga tidak meninggalkan kehampaan ala My Bloody Valentine.




7. Frente - Bizzare Love
Triangle, 1994
Original by New Order
1987




Tidak ada lagi suara drum elektronik, tidak ada
lagi suara
synthesizer dari tahun 80an, semua dirombak total oleh
Frente dengan hanya bermodalkan gitar akustik dan suara innocentnya Angie Hart.
Sejujurnya saat SMP, gw malah mendengar versi Frente dulu dan baru saat SMA gw mendengar
versi originalnya dari New Order. Versi Frente ini membuat lagu Bizzare Love
Triangle menjadi lebih sentimentil.




8.
Josh Stone - Fell in Love With The Girl, 2003
Original by The White
Stripes 2001




Sebuah kejutan datang
dari Josh Stone pada debut albumnya, dengan mengkover lagu Fell in Love With
The Girl milik The White Stripes. Disini Josh Stone benar-benar mengeksplor melodi
vocal dari Jack White yang tadinya berbau garage menjadi sangat jazzy dan
bersoul. Dia dengan pintarnya berimprovisasi dengan nada-nada tinggi dan membuat
melodi di lagu aslinya tidak lagi dikenali. Struktur lagu juga diubah total. Kita
tidak mendengar adanya suara distrosi yang kencang sepanjang lagu. Btw gw
membayangkan apa jadinya jika suatu saat nanti Josh Stone bernyanyi lagu ini
dengan ditimpali melodi-melodi blues yang dimainkan Jack White? Mmmh, tidak
sabar menantikannya…




9.
Aimee Man & Michael Penn - Two of Us, 2001
Original by The Beatles,
1970




Tidak tahu mengapa gw
sangat suka lagu Two of Us versi Aimee Man dan Michael Penn ini. Kalau diperhatikan
secara aransemen, sebenarnya tidak jauh berbeda bila dibandingkan versi The
Beatles. Tapi entah karena pengaruh film I Am Sam yang mengharukan atau
pengaruh suara Aimee Man yang sangat menyejukan atau karena perpaduan suara 1
dan suara 2 Aimee dan Michael yang begitu padu? Lagu ini sangat menyenangkan
dan cocok untuk sunday driving, persis seperti pada liriknya.




10.
Pizzicato Five - Girl From Ipanema, 1999
Original by Antonio Carlos Jobim & Astrud
Gilberto, 1967




Sudah tidak terhitung
lagi, sudah berapa banyak artis yang mengkover lagu ini. Tapi biasanya
aransemennya tidak akan jauh-jauh dari versi aslinya. Grup asal Shibuya, Jepang
ini salah satu artis yang berhasil mengkover lagu ini secara sukses, dengan menggabungkan
musik bossasnya Jobim dengan musik modern eclecticnya Pizzicato Five. Pada lagu
ini nuansa Nu Jazz  dan sedikit feel
samba, terasa hampir di keseluruhan lagu. Secara keseluruhan aransemen pada
lagu ini sangat dinamis dan tidak tertebak.








Sunday, January 1, 2006

Diary of December



Bulan Desember 2005 ini adalah bulan yang cukup sibuk untuk Ballads of
the cliché. Dan yang pastinya juga untuk gw. Sudah lama Ballads tidak mempunyai
jadwal manggung pada setiap minggunya, dan pada bulan ini kami merasakannya
kembali. Dimulai pada hari Sabtu, tanggal 3 Desember, kami bermain di pameran
desain produk, IDE 2005, yang diselenggarakan oleh anak desain produk seni rupa
ITB di Sabuga. Kami bermain di sore hari yang cerah, suasana yang tepat untuk
musik dari Ballads of The Cliché. Walaupun yang datang saat itu belum begitu
banyak, tapi kami bermain sangat menyenangkan. Pada manggung kali ini, ada
bintang tamu yaitu Risa dari Homogenic yang berduet dengan Bobby pada lagu yang
nantinya akan dimasukkan pada full album kami, yang berjudul "Lights of Hopes"
Sedikit menyimpang sih dari suasana ceria di sore hari yang sedang kami bangun
saat itu, karena lagu ini mempunyai tempo yang sangat lambat dan nuansa lagunya
juga sangat berbeda bila dibandingkan lagu-lagu Ballads lainnya, terlebih saat
mendengar suara Risa yang begitu syahdu dan menggetarkan. Tapi mungkin pada kesempatan
lain, lagu ini tidak akan pernah lagi kami bawakan di sore hari, karena terlalu
sendu untuk sore hari yang cerah. Mungkin lagunya akan terdengar lebih syahdu
jika dimainkan malam hari. Pada lagu lain yang kami bawakan, ada beberapa penonton
yang ikut benyanyi. Sebuah pemandangan yang indah bagi gw, mengingat Ballads
belum mengeluarkan full album dan ep kami pun baru beredar dengan sangat
terbatas. Pada kesempatan manggung kali ini, Ballads mendapat beberapa teman
baru yang pada kelanjutannya selalu ikut dalam setiap kesempatan manggung kami.






Minggu depannya sebetulnya Ballads mendapat jadwal bermain di acara
tahunan IKJ, yaitu Bakar-Bakaran. Saat gw mengetahui kami akan bermain di IKJ,
ada sedikit rasa takut (karena acara Bakar-Bakaran terkenal sebagai ajang ‘perploncoan’
band yang cukup kejam dan juga Ballads berasal diluar dari scene IKJ) tetapi gw
juga menantikan untuk main disana, karena pasti akan seru dan banyak cerita.
Tapi tiba-tiba kami semua mendapat kabar dari Bobby bahwa dia tidak bisa
manggung dikarenakan urusan kerjaan yang mengharuskan dia untuk pergi ke
Singapura beberapa hari. Yah dengan berat hati kami harus membatalkan jadwal di
IKJ tersebut.






Hari Sabtu, tanggal 17 Desember 2005, Ballads manggung pada acara
inagurasi tehnik industri Trisakti di Front Row, Taman Ria Senayan. Jurusan
tehnik industri merupakan almamater dari Erick, Zennis dan Nina. Karena mereka
semua baru saja lulus menjadi sarjana, otomatis merka sangat dihormati, jadi
para panitia memanggil mereka dan juga memanggil kami semua dengan sebutan bang, mungkin panggilan itu gara-gara terbiasa
dalam situasi ospek, hehe..Erick terlihat lebih ‘tega’ untuk mempekerjakan
junior-juniornya tersebut. Dari saat kami datang untuk ceksound, para panitia
tersebut langsung menyambut kami dan dengan sigap membawa seluruh peralatan
yang kami bawa. Dan ternyata itu perintah dari bang Erick, hehehe…Hal tersebut juga berlangsung sama saat kami
datang untuk manggung, para junior-junior itu dengan sigapnya menawarkan untuk valet
parking begitu mobil yang kami kendarai tiba di lokasi. Tapi kali ini bukan
lagi perintah Erick, tapi kayaknya memang kebijakan panitianya seperti itu.
Pada inagurasi tersebut, kami sepanggung dengan kerabat kami, White Shoes &
The Couples Company. Pada manggung kali ini, gw pribadi kurang begitu puas,
karena kondisi sound system dan akustik ruangan yang kurang begitu memadai
sehingga menghasilkan suara yang agak bergaung. Dan yang kedua karena tanggapan
penonton yang sedikit dingin. Sepertinya banyak dari penonton yang masih asing
dengan musik dari Ballads. Tidak bisa disalahkan juga, karena kami pun belum
merilis full album. Setelah menonton White Shoes yang bermain setelah Ballads,
kami langsung pulang karena jam 7 pagi besoknya, kami akan melakukan ceksound
di Waterpark Pondok Indah untuk acara ulang tahun Gadis siang harinya. Sebuah
pekerjaan berat untuk bangun pagi di hari Minggu.






Hari Minggu, tanggal 18 Desember, setelah melalui perjuangan yang begitu
berat untuk bangun pagi di hari minggu, akhirnya jam 7 lewat 5 kami semua sudah
tiba di waterpark Pondok Indah untuk melakukan ceksound. Begitu kami sampai
disana, keadaannya masih sangat lenggang, sound system pun sepertinya belum terpasang
dengan sempurna (hanya ampli saja yang sudah terpasang, sedangkan line-line
untuk ke mixernya sama sekali belum dipasang) Gw sudah mendapat firasat buruk
bahwa ceksound  kali ini akan mundur
sangat lama dari jadwal yang sudah ditentukan. Sudah 2 kali berturut-turut kami
mendapat urutan ceksound pertama (yang pertama sewaktu manggung di IDE 2005 di
Sabuga) dan akibatnya waktu ceksoundnya pasti akan mundur karena pemasangan
kabel-kabel line ke mixer dan pengecekannya menghabiskan waktu yang sangat lama
dan sudah pasti kami sebagai band pertama yang melakukan ceksound adalah bahan
uji cobanya sampai semua line berjalan dengan semestinya. Pada kelanjutannya,
ternyata firasat gw benar, kami semua baru benar-benar melakukan ceksound pada
pukul 10.  Jadi sekitar 3 jam kami semua
menunggu di situ, dengan rata-rata muka bantal yang baru bangun, ada juga
sebagian anak-anak yang belum mandi, ditambah rasa lapar, panas, dan
sebagainya. Gw dan Erick saat itu rasanya ingin sekali berenang dulu, karena
udaranya yang begitu panas sehingga membuat badan ini ingin sekali terkena air
yang dingin. Yah itung-itung sambil menunggu waktu ceksound, tapi apa daya, gw
tidak membawa celana ganti.






Sekelar ceksound, kami balik ke rumah untuk bersiap, dan gw juga harus
memesan travel untuk pulang ke bandung
setelah selesai manggung, karena senen paginya gw masih ada UAS. Rasanya miris
juga besok paginya gw masih aja UAS di kampus sedangkan teman-teman  seband gw rata-rata besok pagi masuk kantor
dan bekerja. Untung gw masih ada temennya yaitu Yunke, road manajer gw yang merupakan
teman kampus gw dan kebetulan senen paginya juga ujian yang sama dengan gw.
Balik lagi ke soal manggung, Ballads mendapat jadwal manggung sekitar pukul
14.00. Saat kami datang, venue telah dipenuhi oleh remaja-remaja putri yang
pastinya pembaca setia majalah Gadis. Seragam mereka rata-rata tampak sama,
dengan setelan tank top, celana pendek, dan sandal jepit. Tampaknya mungkin itu
dress codenya, pokoknya harus berbau pantai. Yah walau lokasi pantai tidak dipenuhi
oleh panitia, suasana kolam renang juga cukup apalagi dengan wardrobe yang
dipakai oleh para remaja putri tersebut membuat suasana waterpark pada saat itu
menjadi pantai sekali, hehe…Saat kami manggung udara sangat cerah, lagi-lagi
merupakan waktu yang cocok untuk menikmati musik kami, hehe…Kali ini set listnya
hanya 4 lagu yang kami bawakan. Respon penonton juga sangat baik. Ada sebagian dari mereka,
yang tampaknya memang satu geng, berdiri
di paling depan panggung dan menari bersama. Dan hal tersebut membuat suasana siang
itu begitu menggembirakan. Beberapa dari mereka juga ada yang ikut bernyanyi,
terlebih saat kami bawakan lagu “About a Boy” dari soundtrack Catatan Akhir
Sekolah. Tak disangka, setelah kami manggung, udara sekejap berubah menjadi
sangat mendung, sepertinya akan turun hujan yang sangat deras. Jadwal penampil
sehabis kami, yaitu Homogenic dan sesaat sebelum Homogenic menaiki panggung,
turun hujan dengan sangat deras. Agak lega juga sih saat kami manggung belum
hujan, tapi kasihan juga untuk Homogenic, karena otomatis penonton jadi
meminggir dan menjahui panggung untuk mencari tempat berteduh. Gw dan Yunke
juga tidak sempat menonton Homogenic sampai habis karena gw sudah memesan travel
X-Trans untuk pukul 15.00 dengan tujuan Bandung, untuk kembali lagi menjadi
mahasiswa keesokan harinya.






Jadwal manggung Ballads selanjutnya pada tanggal 23 di Aksara Kemang,
yaitu acara prelaunching dari album Homogenic yang kedua. Tapi sebelum itu, gw
tiba-tiba mendapat kabar dari Felix, bahwa ada undangan untuk syuting dalam
rangka interview di O Channel untuk acara O Klip pada hari rabu tanggal 21.
Tawaran tersebut sebenarnya sangat mendadak. Gw sendiri masih di bandung saat itu dan
sorenya gw ada janji untuk ke rumah tante gw di lembang. Gw meminta jadwalnya
diundur, dan ternyata susah banget.Ya sudah jalan satu satunya gw akan bolak
balik Jakarta bandung pada hari itu. Kami mendapat jadwal
syuting jam 11 siang. Selesai sekitar pukul 13.00. Syutingnya sendiri cukup
menyenangkan, dengan hostnya Lucy Wiryono. Acara O Klip ini akan ditayangkan
oleh O Channel pada tanggal 6 Januari 2006. Lalu setelah syuting selesai, gw
pun balik lagi ke Bandung
pada pukul 14.00, tentunya dengan travel favorit gw saat ini, X-Trans, hehe..






Hari Jumat, tanggal 23 Desember 2005, gw berangkat dari Bandung pukul
12.00 untuk mengejar ceksound di Aksara pada pukul 15.00. Sebelumnya gw udah
disms Yunke untuk langsung membawa baju ganti saat ceksound, jadi setelah
ceksound, gw tidak perlu balik dulu ke rumah, mengingat keadaan jalan di Jakarta yang sulit ditebak
dan suka macet dimana mana. Kami di jadwalkan manggung pada pukul 21.00. Kami
bermain cukup lancar. Walaupun Ballads tidak tampil full team, karena absentnya
Zennis dan Nina yang dikarenakan oleh kesibukan pekerjaan. Karena kurangnya 2
kerabat kami tersebut, maka lagu lagu yang dimainkan juga tidak terlalu banyak.






Hari Selasa, 27 Desember 2005, Ballads mendapat jadwal manggung di Bandung kembali. Kali ini
Ballads diberi kehormatan untuk menutup program One Hour Set yang telah
berlangsung hampir sebulan ini di TRL bar. Adapun program acara tersebut,
adalah memberi kesempatan pada band untuk bermain dengan set yang panjang (sekitar 45
menit sampai 60 menit) Pada kesempatan manggung di Bandung kali ini, Felix,
sang manager, tidak dapat hadir mendampingi anak anak seperti biasa, karena dia
harus pulang kampung ke India. Jadi kali in Yungkelah yang in charge secara penuh. Gw sendiri lagi-lagi harus berurusan dengan travel X-Trans dan keluarga. Jadi gw ke Bandungnya
tidak bisa bareng dengan anak anak yang berangkat pada hari kamis malam seusai
latihan. Karena jumat paginya gw harus ke rumah eyang gw dulu, karena pada natal
kemarin, gw belum sempat silahturahmi ke rumah eyang gw. Jadi gw berangkat dari
Jakarta pukul
13.00. Dan sampai di Bandung
sekitar pukul 15.30, gw langsung meluncur ke TRL untuk melakukan ceksound pada
pukul 16.00.






Tiba waktunya ceksound, yang tidak dihadiri oleh Bobby dan Zennis yang
masih bekerja di Jakarta.
Jadi mereka akan langsung menuju Bandung
selepas jam kerja mereka selesai. Nina sendiri juga menyusul dari kantornya
yang terletak tidak jauh dari lokasi TRL di Braga. Pada saat ceksound kami
lebih banyak berlatih memainkan lagu-lagu orang yang rencananya akan kami
bawakan pada malam harinya. Jadi saat latihan di Jakarta pada malam sebelumnya, kami sempat
iseng-iseng memainkan lagu-lagu orang dari berbagai band brit pop yang dulu sering
kami bawakan sewaktu masih hijau dulu dan saat masih indies, hehe..Tiba tiba gw
kepikiran , mengapa tidak sekalian aja kita bawakan lagu-lagu itu saat manggung
besok, toh kita mendapat jatah waktu sejam. Anak anak masih ragu-ragu saat itu,
karena rata-rata sudah pada lupa akan lagu lagunya, dan pada malam itupun kami
tidak mendapat waktu lagi untuk berlatih lagu lagu brit pop tersebut, karena
waktu sewa studio pun sudah habis. Jadi kami sepakat untuk melatihnya kembali
keesokan harinya saat kami ceksound. Ternyata latihan pada waktu ceksound pun sepertinya
kurang, karena memang anak anak sudah lama banget tidak memainkan lagu lagu
Britpop tersebut. Akhirnya waktu ceksound pun telah habis, dan lagu lagu yang
akan kami bawakan nanti juga masih jauh dari sempurna. Tapi dengan keyakinan yang penting
indies, kami akan cuek aja dan tetap membawakan
beberapa lagu yang dulu sempat berjaya pada era keemasan Poster café, walau
latihan belum sempurna.






Gw tiba di lokasi pada pukul 22.00. Gw datang bersama teman-teman kosan
dan tentunya dengan pacar tercinta, hehe…Saat gw datang, Anne Marie, yang
bermain sebelum Ballads juga belum naik ke pentas. Yang baru manggung yaitu
1900 Yesterday. Bobby dan Zennis beserta pasangannya masing-masing berikut
Satria juga sudah sampai ke Bandung.
(gila pasti capek banget ya bob, baru pulang ngantor disuruh ke Bandung trus ngeband
lagi, hehe) Sesaat sebelum pentas, kami semua bertanya-tanya kembali,apakah
nanti akan tetap memainkan lagu-lagu brit pop atau tidak. Mengingat kondisi
penonton yang tampaknya adem ayem saja. Gw sama Erick berpendapat liat ntar
aja, liat kondisi di lapangan. Kalau Bobby sih semangat-semangat aja.
Sebelumnya kami membuat setlist dan baru kali ini kami bermain lebih dari 10
lagu. Saat manggung lagu demi lagu kami bawakan dengan lancar, hingga pada
saatnya, setelah lagu "About a Boy", Bobby menutup sesi manggung kami dengan nama
Ballads of the cliché. Setelah itu kami manggung kembali tetapi dengan nama
Engsel (nama band  kami saat SMU dulu,
saat masih manggung di acara-acara indies, hehe..norak banget yah) Langsung
saja Vino membuka sesi berikutnya dengan sebuah intro piano yang sangat catchy
dari grup Supergrass dengan lagu berjudul "Alright". Sekejap suasana TRL menjadi
lebih gegap gempita, penonton pun banyak yang familiar dengan lagu ini dan
banyak yang bernyanyi. Melihat pemandangan tersebut, keraguan gw sebelum
manggung untuk membawakan lagu-lagu Britpop, berangsur angsur menghilang.
Terlebih saat lagu kedua dari Stone Roses, "Elephant Stone" dibawakan, penonton
pun bertambah semangat. Dan kami juga bermain denga penuh semangat. Sudah lama
gw tidak merasakan energi yang sedemikian besar saat manggung bersama anak-anak
dengan nama Ballads of the cliché. Bobby pun tampak sangat bersemangat sekali,
jauh berbeda dengan Bobby saat membawakan lagu-lagu Ballads. Tapi secara
keseluruhan pada malam itu interaksi Bobby dengan penonton memang sungguh baik.
Dia tampak lebih santai dan ceria, sepertinya dia lupa akan kelelahannya
sepulang kerja. Saat memainkan lagu-lagu brit pop tersebut, gw seperti dibawa
lagi saat masa-masa hijau dulu, tidak terbayangkan sampai saat ini, gw masih
bermain band bersama mereka. Banyak hal yang telah kami lalui bersama. Dari
mulai menjadi band audisi acara SMU, lalu bermain di acara-acara indies di
poster café, sampai akhirnya merilis rekaman dengan lagu-lagu sendiri. Dan
dengan memainkan kembali lagu-lagu brit pop saat itu seperti menandakan bahwa
perjalanan yang telah kami lewati memang sungguh panjang. Malam itu kami
menutup pertunjukan dengan lagu dari Morrisey yang berjudul "You’re the one for
me, Fatty" Keringat membasahi tubuh hampir seluruh anak-anak termasuk gw. Kata
Fino, selama dia manggung bersama Ballads hampir sebulan ini, baru kali ini dia
manggung dengan keringat yang bercucuran di seluruh tubuhnya. Yah anak-anak memang
sangat bersemangat malam itu. Dan manggung kali itu menjadi sebuah penutup yang
manis di tahun 2005 bagi Ballads of the cliché.












Sebenarnya masih ada satu agenda lagi untuk Ballads. Yaitu pada hari
Jumat, tanggal 30 Desember 2005, kami dijadwalkan untuk interview di majalah
Gadis. Gw sendiri lupa akan jadwalnya. Untung Wawan mengingatkan pada malam
sebelumnya. Wawancaranya sendiri berlangsung pada pukul 14.00. dan gw telah
memesan travel X-Trans untuk keberangkatan pada pukul 11.00. Tapi karena pola
tidur gw pada hari-hari sebelumnya yang selalu tidur pagi, walhasil pada hari
jumat itu, gw baru bangun pada pukul 12.00 siang. Gw panik, dan langsung
menelepon X-Trans untuk booking jam berikutnya. Dan sialnya hari itu sudah
mulai weekend, dan biasanya pasti ramai. Jadwal yang kosong baru ada untuk jam
13.30. Kayaknya memang tidak memungkinkan untuk gw wawancara di majalah Gadis,
di Jakarta pada pukul 14.00. Ya sudah gw langsung mengkontak yunke dan bilang
gw gak bisa ikut. Yunke sendiri sudah mencoba memundurkan jadwal, tetapi memang
tidak bisa. Ya sudah gw harus merelakan foto gw tidak terpampang di majalah itu,
huhu..



Desember memang sebuah bulan yang sangat sibuk bagi gw. Gw harus membagi
urusan antara ujian akhir semester, persiapan skripsi, manggung, urusan
keluarga sampai urusan asmara,
hehe..Pada bulan ini saja sudah tidak terhitung berapa kali gw harus pulang
balik Jakarta-Bandung. Terima kasih banyak untuk X-Trans dan tol Cipularang,
hehe…Sepertinya untuk beberapa bulan ke depan, gw harus benar-benar serius mengerjakan
skripsi gw, dan mungkin akan banyak mengurangi kegiatan gw di Ballads.
Mudah-mudahan aja kami tidak mendapat jadwal seperti bulan Desember ini. Karena
gw harus segera menyelesaikan kuliah gw dan segera menyusul teman-teman gw di
ballads yang sudah bergabung lebih dulu dalam klub sarjana, hehe..