Saturday, May 27, 2006

Midnight Hour by Ballads of The Cliche


Midnight Hour adalah kompilasi tembang-tembang tengah malam favorit dari berbagai artis pilihan Ballads of The Cliche


 


Track List :



  1. Sufjan Stevens - Concerning The UFO Sighting Near Highland, Illinois
  2. Donovan – Little Boy in Corduroy
  3. Simon and Garfunkel - So Long, Frank Lloyd Wright
  4. Bonnie ‘Prince’ Billie - Three Questions
  5. Dusty Springfield – Spooky
  6. John Lennon – Bless You
  7. Ricky Nelson - Lonesome Town
  8. Ron Sexsmith – Gold in Them Hills
  9. Elvis Costello & The Attraction – Shipbuilding
  10. Belle and Sebastian - Take Your Carriage Clock and Shove It
  11. Iron and Wine - Naked As We Came
  12. Nick Drake - Place To Be
  13. Tom Waits - All The World is Green
  14. Nancy Sinatra - Bang Bang (My Baby Shot Me Down)
  15. Patsy Cline - Walkin' After Midnight
  16. Francoise Hardy – Soleil
  17. Beth Gibbons & Rustin Man – Mysteries
  18. Jenny Lewis – Melt Your Heart
  19. Ryan Adams – Wonderwall
  20. Elliot Smith – Say Yes
  21. Ralph McTell – Street of London
  22. The Zombies - The Way I Feel Inside

Tuesday, May 23, 2006

Mengejar Deadline

antara album rekaman dan juga skripsi...Apakah saya bisa menyelesaikan kedua hal tersebut secara bersamaan dengan hasil maksimal dan tepat waktu? Pusing, bingung, stres...

Friday, May 19, 2006

Da Vinci Code

Rating:★★★★
Category:Movies
Genre: Action & Adventure
Jumat malam kemarin, gw akhirnya menonton film Da Vinci Code. Film yang paling ditunggu tahun ini yang diangkat dari novel kontroversial karya Dan Brown. Gw sendiri sama sekali belum pernah membaca bukunya. Mungkin gw termasuk orang yang paling ketinggalan karena tidak membaca buku Da Vinci Code. Yang mungkin telah dibaca oleh jutaan orang di dunia ini. Sebabnya, sebelum membaca bukunya, semua teman gw sudah menceritakan isi buku ini. Semua orang membicarakannya. Sehingga gw pun mengurungkan niat gw untuk membaca buku tersebut. Karena pada dasarnya gw lebih tertarik pada kontroversi sejarahnya, dan bukan pada cerita fiksi petualangannya. Lagipula lebih baik gw menunggu filmnya saja. Karena semenjak buku ini laris di pasaran, gw semakin yakin buku ini akan dibuatkan versi layar lebarnya. Dan ternyata dugaan gw benar.

Film ini dibuka dengan pembunuhan seorang kurator terkenal bernama Jacques Saunière di museum Louvre di Paris. Cerita lalu bergulir kepada seorang profesor ahli simbolisasi agama bernama Robert Langdon (Tom Hanks) yang pada awalnya dituduh sebagai pembunuh sang kurator. Yang pada akhirnya bersama seorang polisi bagian cryptologist yang bernama Sophie Neveu (Audrey Tautou), berkelana dari Paris sampai London untuk memecahkan misteri di balik pembunuhan Jacques Saunière, yang ternyata berkaitan erat dengan misteri di balik karya-karya terkenal dari Leonardo Da Vinci dengan tujuan untuk mendapatkan kebenaran mengenai legenda Cawan Suci atau Holy Grail. Kisah petualangan Robert Langdon dan Sophie berikut dengan aksi kejar kejaran antara mereka berdua dengan kapten polisi Perancis yang bernama Fache (Jean Reno), disajikan begitu menarik dan sangat intens. Membuat kamu akan berpikir 10 kali untuk meninggalkan gedung bioskop jika ingin sekedar buang air kecil.

Setelah menonton filmnya, ternyata anggapan gw salah selama ini. Yang menganggap kisah petualangan fiksi di dalam Da Vinci Code tidak semenarik seperti mitos sejarah kontroversialnya. Selama menonton filmnya, tidak ada satupun moment di dalam film, yang menurut gw membosankan. Film berdurasi dua setengah jam terasa sebentar. Karena kita akan dibuat menjadi sangat larut dalam aksi petualangannya. Penggambaran masa lalu dan juga penggambaran dari pikiran 2 tokoh utama di dalam film juga disajikan dengan sangat menarik. Bayangan pikiran dan masa lalu seolah-olah hadir pada saat bersamaan dengan masa sekarang. Sebuah gaya sinematografi yang juga pernah dilakukan Ron Howard-sutradara film ini- pada filmnya terdahulu, Beautiful Mind. Mungkin hal tersebut merupakan ciri khasnya.

Satu hal yang menjadikan kisah Da Vinci Code ini menjadi buah bibir di masyarakat karena terkait tentang terkuaknya kisah misteri mengenai Yesus Kristus, yang selama ini ternyata tidak hidup selibat, melainkan Yesus pernah menikah dengan Maria Magdalena dan mempunyai anak yang keturunannya masih hidup sampai sekarang. Karena hal itu, lalu munculah kisah mengenai Priory of Sion, Opus Dei, dan Knight Templar yang saling berkaitan dengan kisah tersebut. Sebuah fakta baru yang mengejutkan semua umat Kristiani dan tentunya membuat pihak Vatikan seperti kebakaran jenggot. Tetapi menurut gw dengan adanya kisah misteri di balik Yesus Kristus, tidak harus membuat umat Kristiani tergoyang keimanannya atau juga menimbulkan kemarahan. Seperti yang Robert Landon katakan kepada Sophie di akhir film, bahwa percayalah kepada apa yang kau percayai selama ini.

Mungkin untuk kamu yang telah membaca bukunya akan sedikit kecewa setelah menonton film ini. Memang itulah konsekuensi yang harus didapatkan dari film yang diangkat dari sebuah novel. Pasti akan sulit menggambarkan seluruh detail yang ada di dalam buku. Tetapi teman gw yang kemarin juga ikut menonton dan dia juga telah membaca bukunya mengungkapkan kepuasannya terhadap film ini. Beberapa detail cerita di buku yang tidak tersaji dalam film, menurut dia adalah hal yang lumrah dan bisa dimaafkan. Karena tidak menghilangkan serunya kisah dari Da Vinci Code itu sendiri. Yah mungkin lebih enak seperti gw, yang sama sekali belum pernah membaca bukunya. Karena tidak ada rasa kecewa sedikit pun setelah menonton film ini. Yang ada hanyalah kekaguman akan kisah petualangan dan mitos sejarah kontroversial yang begitu menarik untuk ditonton.


Thursday, May 18, 2006

Indahnya Sepi

Rating:★★★★
Category:Music
Genre: Pop
Artist:Candra Darusman
Memang sukar untuk mengatakan apa yang dimaksud dengan suatu musik yang orisinal sebab berada dalam batasan-batasan antara yang sudah ada dan yang belum ada. Saya tidak ingin mengaku apapun hanya bahwa ini adalah musik yang saya senangi. Semoga anda menyenanginya...
-Candra Darusman-


Sebuah pernyataan dengan segenap kerendahan hati itulah yang tertulis pada album pertama Candra Darusman. Seorang musisi kebanggaan Indonesia di kala orangtua gw masih pacaran. Yang sekarang lagu-lagunya banyak dinyanyikan kembali oleh para musisi muda. Mungkin kita masih ingat lagu “Kau” yang pernah dinyanyikan kembali oleh grup Bunglon. Atau lagu “Indahnya Sepi” yang dibawakan ulang dengan aransemen modern oleh Ren Tobing dan Shelomita beberapa tahun silam.

Semua itu adalah hasil karya dari Candra Darusaman, yang sebelumnya juga dikenal sebagai pentolan grup Chaseiro. Album Indahnya Sepi ini adalah solo album pertamanya. Memuat 12 lagu pop Indonesia yang dulu lebih dikenal dengan istilah pop kreatif.

Dalam album ini, Candra Darusman lebih memfokuskan diri kepada pembuatan lagu saja. Urusan lirik diserahkan kepada orang lain. Musisi kelas dunia seperti Burt Bacharach dan Brian Wilson juga melakukan hal yang sama. Mereka juga tidak selalu membuat liriknya sendiri.

Yang menarik, karena yang menulis lirik dalam setiap lagu adalah orang yang berbeda, maka gaya penulisannya juga berbeda beda antar lagu. Seperti pada lagu “Minnie” yang liriknya ditulis oleh Harry Sabar, menampilkan lirik yang sedikit nakal dan apa adanya. Seperti pada reffrennya yang berbunyi : “Gayamu, terlihat up to date saja / tak kusangka kau siswa / tetapi lirihmu dewasa sudah / membuat orang gelap mata” Atau dalam lagu ”Dibatas Waktu”, yang liriknya ditulis oleh Totok Soebroto, menampilkan gaya penulisan yang cenderung lebih puitis. “Kala hening datang mencekam bahu / terasa mengusik sukmanya kalbu / perilaku yang ada pertanda resahnya / jiwa yang kian mendera jua”

Album ini juga memuat sebuah lagu instrumental yang berjudul “Ini atau Itu”. Sebuah lagu dengan irama fusion, dengan nuansa santai dan menyenangkan. Cocok didengarkan saat berkendara di jalanan yang lenggang pada minggu sore yang cerah. Penggunaan brass section di lagu ini juga mendapat porsi yang menarik. Ada satu lagu yang berjudul “Lagu Cinta Untuk Marlina”, yang bukan sebagai lagu unggulan di album, tetapi menurut gw sama kuatnya dengan lagu “Kau” atau “Indahnya Sepi”, yang keduanya merupakan lagu hits dalam album ini. “Lagu Cinta Untuk Marlina” adalah sebuah lagu yang sangat indah. Dengan vokal Candra yang sepertinya tidak ada muatan emosi, malah membuat lagu ini menjadi lebih bersahaja. Deretan lagu cinta karya Yovie Widianto, seperti “Suratku” atau “Tak Sebebas Merpati”, terdengar mempunyai nafas yang sama dengan lagu ini. Mungkinkah Candra Darusman adalah salah satu musisi Indonesia yang juga menginspirasi seorang Yovie Widianto?

Mendengarkan kembali album ini, seperti membawa suatu romantisme tersendiri akan kejayaan musik pop Indonesia pada era lampau. Bahwa negeri ini pernah menghasilkan musisi cerdas sekelas Candra Darusman yang telah membawa musik pop Indonesia ke tingkat yang lebih tinggi lagi. Sebelum semua itu dihancurkan oleh rombongan penyanyi melankolis nan cengeng keluaran JK Records, seperti Obbie Messakh, Dian Pisesa dan tentunya Betharia Sonata, sang ratu melankolis di kala itu.




Tuesday, May 16, 2006

Lukisan

Rating:★★★★★
Category:Music
Genre: Jazz
Artist:Simak Dialog
Gw mengenal Simak Dialog pada awal tahun 1997. Saat itu gw sering mendengarkan radio ARH, yang khusus memutar lagu-lagu jazz. Ada satu lagu yang sering diputar pada saat itu, yang begitu menarik perhatian gw. Lagu itu berjudul “Kerinduan”. Yang menampilkan lirik dari bahasa Flores dengan alunan musik light jazz. Belakangan gw baru mengetahui bahwa yang membawakan lagu tersebut adalah sebuah grup atau boleh gw bilang supergrup, yang terdiri dari musisi-musisi jazz kenamaan Indonesia. Terdiri dari Riza Arsyad pada piano, Tohpati pada gitar, Indro Harjodikoro pada bass dan Arie Ayunir pada drum. Kebetulan pada tahun itu juga, gw berkesempatan menonton penampilan live mereka di pagelaran JakJazz. Setelah itu, tanpa pikir panjang, gw pun segera membeli album pertama mereka yang bertajuk Lukisan.

Album Lukisan, menurut gw adalah salah satu album masterpiece dalam dunia Jazz di Indonesia. Tetapi sayang sekali, album ini seakan akan terlupakan begitu saja. Mungkin disebabkan oleh peredaran album yang tidak begitu bagus. Album ini memuat 9 lagu, yang hampir keseluruhannya berupa instrumental. Dan hanya satu lagu yang memakai iringan vokal. Lagu tersebut adalah “Kerinduan” yang tadi telah gw sebutkan. Hampir 80 persen dari lagu diciptakan oleh Riza Arsyad. Memang Simak Dialog ini, pada awalnya merupakan proyek pribadinya. Sebelumnya Riza banyak membantu musisi jazz tanah air sebagai session player. Dari mulai Margie Segers, Indra Lesmana dan juga Oele Pattiselanno.

Dalam album ini, Simak Dialog menampilkan banyak komposisi instrumental dengan balutan nuansa akustik dengan berbagai influence dari european jazz style. Banyak komposisi dalam album ini memiliki melodi kontemplatif, muram namun dibalut dengan keindahan tersendiri. Seperti pada komposisi yang berjudul “Jauh” yang hanya memuat alunan piano yang sangat syahdu dari Riza Arsyad. Atau pada komposisi ciptaan Indro Hardjodikoro yang berjudul “Gelap” Lagu ini menampilkan permainan bas 6 senar dari Indro pada pertengahan lagu. Lagunya sendiri sangat menghanyutkan. Dengan progresi lagu yang berjalan pelan. Komposisi lainnya, seperti “Zaman Telah Berganti” lebih meledak-ledak dan sangat progresif. Sangatlah cocok untuk menjadi nomor pembuka dalam album.

Komposisi ciptaan Tohpati “Untuk Diingat” juga salah satu yang menonjol dalam album. Lagu ini mengedepankan struktur melodi gitar yang manis dan lembut. Tipikal lagu-lagu dari gitaris jazz seperti Lee Ritenour atau juga Mike Stern. Keunggulan Simak Dialog dalam album ini memang lebih terletak pada kekuatan melodi. Walaupun secara keseluruhan musik Simak Dialog berada pada wilayah jazz adult contemporary, tetapi untuk kita yang bukan pendengar setia musik jazz, pasti juga akan mudah menangkap melodi-melodi lagunya. Yang sangat kuat dan easy listening. Jangan membayangkan jazz yang rumit, yang bisa mengerutkan dahi kamu. Tapi saat mendengarkan album ini, bayangkanlah pada situasi saat kamu akan berpulang ke rumah tercinta dari perjalanan jauh yang melelahkan. Ada rasa rindu, penantian serta harapan yang berpadu.

Sayang sekali dalam kelanjutan proses musikalnya, Simak Dialog harus kehilangan personilnya. Dimulai dari Arie Ayunir yang mengundurkan diri karena pindah ke Amerika Serikat dan juga pengunduran diri Indro yang lebih sibuk bermain pop. Musik Simak Dialog saat ini juga mengalami perubahan. Seiring dengan masuknya Jalu pada perkusi, untuk lebih memperkuat nuansa etnik dan world music yang sekarang ini lebih mendominasi musik Simak Dialog. Mungkin bagi sebagian orang, musik Simak Dialog sekarang ini mengalami progres yang bagus. Tetapi entah mengapa, gw kurang begitu menyukai musik Simak Dialog saat ini. Menurut gw, formasi awal dan musik Simak Dialog dalam album Lukisan tetaplah yang terbaik. Dan Lukisan adalah sebuah album jazz yang patut dikoleksi.

Monday, May 8, 2006

Kecil namun berbahaya



Hari Minggu dan
Senin kemarin, akhirnya Ballads of The Cliche telah menyelesaikan sesi rekaman
bagian pertama yang telah dimulai dari awal bulan kemarin. Total lagu yang
telah direkam pada sesi pertama ini berjumlah 10 lagu. 3 lagu untuk singel yang
akan keluar pada 6 juni nanti. Dan 8 lagu untuk full album yang akan keluar
pada kuartal terakhir pada tahun ini. Masih kurang lebih 7 lagu lagi yang akan
direkam pada sesi kedua yang kira kira akan dimulai pada awal bulan depan.





Kebetulan yang
mendapat giliran take terakhir adalah gw. Kemarin gw take vokal dan piano.
Sebenarnya keduanya mempunyai porsi yang tidak begitu besar dalam lagu, tetapi
karena gw tidak terbiasa melakukan take vokal dan piano, rekaman kemarin agak
sedikit tersendat.





Jadi di 1 lagu, gw mengisi
vokal hanya pada bagian reffren saja. Part ini sangat sedikit. Tetapi ternyata
sangat susah. Karena menurut operator Pak Irul, vokal gw kurang ‘nakal’. Tidak
senakal vokal Bobby pada lagu tersebut. Karuan saja, gw kebingungan. Entah apa
definisi vokal kurang ‘nakal’. Yah akhirnya setelah perjuangan yang hebat, gw
bisa menyelesaikan bagian kecil tersebut.





Lain lagi saat take
piano. Jadi ada 1 lagu instrumental yang gw buat. Sebelumnya untuk lagu
tersebut, gw sudah take gitar akustik string sama nylon. Tapi rasanya memang
perlu instrumen lain untuk lebih memperkaya aransemen lagu tersebut. Pilihan
jatuh kepada piano. Karena gw sudah mendapat bayangan, pianonya mau diisi
seperti gimana, gw pede aja melakukannya sendirian. Tetapi saat pengaplikasiannya,
ternyata tidak segampang yang ada di bayangan gw. Walhasil proses rekaman jadi
tersendat, karena gw belum menemukan part pasti yang bisa direkam. Untung di
studio ada Erick. Jadi gw bisa mendiskusikannya dengan dia, part mana yang
terbaik untuk direkam.





Ternyata dalam
rekaman, bagian kecil, yang sering kita anggap sepele bisa menjadi bagian besar
yang sangat sulit untuk dilakukan. Yang harus terus kita ulang sampai
mendapatkan hasil yang terbaik. Mengulang terus suatu bagian kecil dalam jangka
waktu yang panjang, bisa membuat gemas dan stres. Gemas karena hanya bagian kecil saja kok tidak selesai
selesai. Kalau stres lebih kepada progres rekaman yang otomatis terhenti karena
masalah itu. Sedangkan shift studio terus berjalan tanpa kompromi. Yang pada
akhirnya mengakibatkan jam di studio terasa berdetak lebih cepat.






Sunday, May 7, 2006

Bye-Bye #19..Welcome #49


Dalam beberapa hari kedepan, gw akan menempati sebuah kamar baru. Kebetulan ada anak kos gw yang baru saja pindah kosan. Dan kamar dia memang lebih luas daripada kamar gw sekarang. Jadi gw berpikir tidak ada salahnya untuk pindah. Setelah kurang lebih 5 tahun dari awal gw kuliah, gw menempati kamar yang sama. Memang harga kamar baru itu lebih mahal daripada harga kamar gw sekarang. Tetapi menurut gw sebanding, mengingat kamar baru tersebut lebih luas dan lebih ‘sehat’ sirkulasi udaranya.


Orang tua gw sebenarnya tidak begitu setuju atas tindakan gw untuk pindah kamar. Karena menurut mereka, terasa nanggung untuk gw pindah kamar disaat perkuliahan gw juga akan segera berakhir pada tahun ini. Tetapi dengan dalih, untuk lebih semangat mengerjakan skripsi, akhirnya mereka menyetujui untuk gw pindah kamar.


Rekan gw di Ballads of the cliche juga kurang setuju atas rencana kepindahan gw. Kalau alasan mereka lebih kepada romantisme pada kamar gw terdahulu. Karena di kamar itu juga, kita berempat menciptakan materi kasar untuk ep Hey Smiley pada pertengahan tahun 2003.


Yah biarpun jelek-jelek gitu, kamar gw sudah menjadi tempat yang baik untuk proses kreatif gw selama ini. Dari mulai pembuatan lagu untuk album sampai membuat desain untuk clothing gw yang sekarang sudah mati.


Tapi seiring waktu, kamar tersebut rasanya terlalu penuh untuk menampung semua barang-barang gw. Dan semakin lama rasanya kamar itu semakin sesak. Entah karena banyaknya barang atau memang sirkulasi udaranya yang tidak begitu bagus. Kamar tersebut juga tidak banyak mendapat sinar matahari.


Karena melihat keprihatinan dari kamar tersebut, banyak teman kampus gw yang dari dulu selalu menawarkan untuk pindah kosan. Tetapi karena sudah terlanjur cinta dengan kamar itu, gw selalu menolak. Sampai akhirnya keinginan untuk pindah kamar, baru terbersit sekarang ini.


Sekarang kamar baru sudah selesai di cat ulang. Berbagai barang di kamar lama sudah sebagian dipindahkan ke kamar baru. Tinggal sekarang gw masih bingung untuk mengatur posisi barang-barang gw di kamar yang baru. Karena kamarnya jauh lebih luas, jadi harus senyaman mungkin penempatannya. Maklum masih norak. Kebiasaan mempunyai kamar yang kecil.


Jadi bye-bye kamar #19....Welcome kamar #49....


*)foto diatas adalah kamar gw terdahulu

Friday, May 5, 2006

Blue Eyed Soul vs "Pop"




Sangat jarang
terdengar lagu The Beatles berkumandang di panggung American Idol. Mungkin ini
dikarenakan oleh susahnya mendapatkan ijin resmi untuk menyanyikan lagu-lagu
The Beatles. Sejauh pengamatan gw, baru Clay Aiken di musim kedua American
Idol, yang pernah membawakan lagu The Beatles. Saat itu dia menyanyikan Here,
There and Everywhere. Tetapi pada tayangan kemarin akhirnya lagu The Beatles
berkumandang kembali. Kali ini dibawakan oleh Taylor Hicks –pemuda kulit putih
berusia 29 tahun dengan rambut berubannya yang membuat dia tampak seperti bapak
2 anak- membawakan dengan indahnya lagu The Beatles ciptaan George Harrison
yang berjudul Something. Taylor mampu membawakan lagu tersebut dengan
penghayatan yang sempurna melalui ciri khas blues soulnya yang kental, yang
jarang ditemui di para finalis lainnya dalam sejarah American Idol.





Memang Taylor Hicks
telah memberi warna baru yang belum pernah ada di American Idol. Taylor
memiliki elemen blues soul yang sangat kuat. Dia bernyanyi penuh dengan gairah
dan tentunya sangat soulful. Seperti melihat suatu bentuk baru dari perpaduan Ray
Charles, Joe Cocker dan juga Sam Cooke. Gaya menarinya juga sering mendapat
sorotan dari juri Simon Cowell. Memang sering terlihat sedikit menggelikan.
Gaya menarinya berada di antara Elvis Presley dan juga Ian Curtis.





American Idol musim
ini diramaikan dengan pemunculan 2 orang kulit putih yang bisa bernyanyi dengan
sangat soulful selayaknya orang kulit hitam. Dalam industri musik, penyanyi-penyanyi
kulit putih yang bernyanyi dengan sangat soulful ini biasa dijuluki dengan Blue
Eyed Soul. Sudah lama industri musik dunia tidak diramaikan dengan artis-artis
Blue Eyed Soul tersebut. Kalaupun ada, jumlahnya tidak banyak. Terakhir kita
mengenal Joss Stone. Pada era 70an, kita mengenal Hall & Oates dan juga Joe
Cooker.





Seorang Blue Eyed Soul
lagi di American Idol musim ini bernama Elliot Yamin. Elliot mungkin tipe orang
yang akan kita lupakan jika kita hanya berbicara atau berkenalan dengannya.
Tapi biarkan dia membuka mulutnya dan bernyanyi. Setiap nada yang
dikeluarkannya begitu mantap dan menyentuh. Sulit membayangkan suara soulfulnya
yang bisa membuat Stevie Wonder tertawa bangga, bisa keluar dari pemuda pendek,
kulit putih yang sepertinya tidak meyakinkan itu. Mendengarnya bernyanyi, membuat
kita tidak akan berpaling sedetik pun dan terus menikmati suaranya. Bahkan pada
tayangan minggu lalu, Paula Abdul sampai menitikkan air mata saat mendengar
Elliot menyanyikan A Song For You dari Donny Hathaway. Menurut Simon, Elliot
adalah salah satu peserta pria bersuara paling bagus dalam sejarah American
Idol.





Tetapi jika dilihat
dari sejarahnya, American Idol sering berpihak kepada peserta yang memiliki
suara yang paling "pop" atau komersil. Suara yang mampu menghasilkan jutaan dolar. Sebaliknya,
suara dengan karakter yang jarang ditemui dalam industri sekarang ini, akan
tersingkir. Musim yang lalu, Bo Bice dengan suara southern rocknya harus puas
berada di posisi runner up di bawah Carrie Underwood, seorang gadis cantik
dengan style country ala Shania Twain yang kebetulan memiliki bakat menyanyi di
bawah Bo Bice. Dan hal itu yang bisa terjadi sekarang dengan Elliot dan Taylor,
yang harus merelakan posisinya untuk menjadi American Idol ke peserta lain yang
mempunyai suara yang lebih komersil dan banyak di pasaran.





Pada musim ini,
terlihat sekali American Idol ingin memenangkan seorang peserta yang bernama
Chris Daughtry yang memiliki suara modern rock yang sangat kuat. Suara seperti
Chris yang sekarang sering berkumandang di berbagai radio saat ini. Suaranya
memang terdengar komersil. Karakter suaranya berada di satu wilayah dengan
band-band seperti Live, Nickelback, Creed dan berbagai band modern rock America
sekarang ini. Tetapi jika Chris menjadi American Idol apakah pemunculannya akan
terkesan sama-sama saja seperti band-band modern rock lainnya? Tetapi sejauh
itu bisa menjual, tidak ada masalah.





Dimana mana, semua
balik lagi ke urusan uang. Karena musik saat ini adalah industri. Dan industri
memang bukan kata yang tepat untuk penyanyi-penyanyi minoritas namun berbakat
seperti Taylor Hicks dan Elliot Yamin. Jadi jika diantara keduanya tidak
memenangkan titel American Idol, yang terpenting ajang ini bisa menjadi batu
loncatan bagi mereka. Dan melalui pemunculannya di American Idol, Taylor Hicks
dan Elliot Yamin bisa membawa Blue Eyed Soul ke tingkat komersial yang lebih
tinggi lagi.





Sekarang American
Idol sudah sampai ke tahap 4 besar. Selain Taylor, Elliot dan Chris, ada
seorang wanita cantik bernama Katherine Mcphee yang menurut gw mempunyai paket
yang lebih lengkap daripada Chris untuk bisa menjadi American Idol. Seharusnya Chris
tersingkir minggu depan. Gw sudah bosan mendengar vibratonya yang selintas seperti
suara kambing yang sedang tercekik. Jadi prediksi gw untuk tiga besar di minggu
depan adalah: Elliot, Taylor dan Katherine.