Saturday, December 24, 2005

Monday, December 19, 2005

Centralismo

Rating:★★★★★
Category:Music
Genre: Pop
Artist:Sore
Di dunia ini dari berbagai macam genre musik yang ada, yang semakin lama, semakin banyak bermunculan malah menjadi semakin membingungkan, gw menarik kesimpulan bahwa sebenarnya hanya ada 2 klasifikasi dalam musik. Yaitu musik bagus dan musik yang tidak bagus. Mau dari genre dangdut sampai emo, kalau musik yang dihasilkan berkualitas, mau nantinya musiknya akan sangat menjual, tetapi kalau secara musikal dapat dipertanggungjawabkan, tidak usah kita pertanyakan lagi. Dan salah satu musik yang bagus, menurut gw ada di album ini yang berjudul Centralismo dari grup asal Jakarta, Sore.

Musik dari Sore adalah sebuah musik yang menurut gw tidak akan menjadi hits yang meledak yang akan terdengar setiap 5 meter dari langkah anda di keramaian atau musik dari Sore juga tidak akan menjadi sebuah trend baru yang akan digandrungi oleh abg-abg yang sedang mencari identitas diri, tetapi musik dari Sore akan selalu didengar kapanpun juga oleh telinga yang terkadang haus akan musik bermutu. Gw sangat takjub oleh produksi dari album ini. Tidak ada kesan main-main atau asal jadi dalam produksi setiap lagunya. Setiap aransemen dan suara yang dihasilkan sepertinya dipikirkan secara detil dan melalui hasil mixing yang bagus menghasilkan sebuah album yang diatas rata-rata terutama untuk keluaran label non major. Album ini dibuka oleh “Bebas” yang cocok untuk membuka perjalanan bersama Sore. Setelah “Bebas” yang cukup upbeat dilanjutkan dengan “Mata Berdebu”, yang meredakan dahaga. Diawali dengan alunan french horn yang mendamaikan, mengantar kita untuk istirahat sejenak ditengah perjalanan yang mungkin akan melelahkan, hanya untuk sekedar menyeruput secangkir teh di sore hari. Lagu ini mempunyai aransemen yang sempurna, string section yang begitu padu, dibumbuhi oleh petikan-petikan nylon gitar yang manis dengan ditimpali oleh perkusi. Pada bagian interlude, terdapat sedikit sample melodi dari lagu “Gymnopedie no 1” dari komponis klasik, Satie. Sepertinya Ramondo Gascaro, sang pianis seorang pianis klasik atau mungkin hanya unsur ketidaksengajaan? Tetapi overall, gw memberikan kredit lebih kepada Mondo, dalam setiap lagu, pengisian piano atau synthnya sangat cerdas dan dia tahu kapan harus menonjol dan kapan harus dibelakang. Lagu ciptaan dia juga merupakan salah satu highlight di album ini. Yaitu “No Fruits For Today”. Dibuka dengan suara electric piano yang sedikit jazzy, dan cara Mondo bernyanyi juga seperti seorang vokalis jazz, santai tetapi meyakinkan.

“Somos Libres”, sebuah lagu dengan judul yang unik, mengambil dari bahasa Spanyol yang berarti We Are Free. Part paling menarik sewaktu solo trumpet di akhir lagu membuat lagu ini semakin bernyawa. Lagu ini juga dijadikan video klip mereka yang kedua dan sering diputar akhir-akhir ini di MTV. Lagu “Cermin” adalah lagu perkenalan gw dengan Sore, sewaktu Sore mengisi kompilasi Jkt Skg. Highlight lagu ini pada bagian outro, sangat syahdu, mengalun dan menggetarkan. Efek yang timbul dari berbagai suara yang ada pada part ini lebih dashyat daripada mendengar sebuah part yang dimainkan oleh band shogazer lokal, yang tentunya musiknya secara defacto lebih mengalun daripada Sore. “Etalase” adalah lagu yang paling berbeda di album ini. Diciptakan dan dibawakan oleh Gusti Pramudya, yang juga merupakan personil dari Lain. Nuansa lagu ini secara keseluruhan lebih jazzy dengan irama swing yang lumayan kental. Pada akhir lagu ini seksi string menunjukan kebolehannya dan hasilnya sangat mengagumkan. “She So Beautiful”, sebuah lagu kolaborasi Sore dengan The Miskin, 2 grup yang sangat berbeda alirannya, dan hasilnya lagu ini menjadi 2 part, part 1 (awal) sepertinya milik Sore, dan part selanjutnya milik The Miskin. Tetapi alangkah baiknya jika lagu ini dibuat versi full menurut aransemen Sore. Karena part di awal lagu ini sesungguhnya sangat menarik untuk dilanjutkan menjadi sebuah lagu yang utuh. Album ini lalu ditutup dengan “Aku” yang merupakan sebuah penutup yang sempurna. Sebuah lagu kontemplasi yang indah. Dan selanjutnya, gw mengambil remote cd player gw dan memutar cd ini kembali dari track 1. Sebuah keinginan yang tidak bisa ditunda untuk terus mendengar kembali album ini.

The Magic Numbers

Rating:★★★★
Category:Music
Genre: Folk
Artist:The Magic Numbers
The Magic Numbers adalah salah satu grup keluarga yang layak diperhitungkan. Dengan format kakak beradik, yang terdiri dari 2 wanita dan 2 pria, membuat mereka sering disamakan dengan The Mamas and The Papas. The Magic Numbers juga membuat tampilan baru pada dunia musik sekarang yang kebanyakan dipenuhi oleh rambut acak2an dengan sneaker butut atau band-band berpenampilan rapi dan klimis. Mereka membuat semua orang tertipu dengan penampilan mereka yang ‘menyeramkan’ dan jauh dari tipikal bintang rock pujaan masa kini, ternyata juga bisa menghasilkan musik yang manis.

Album debut mereka sangat menyegarkan. Sebuah album mengenai cinta dan kehilangan yang dikemas dengan menyenangkan melalui musik yang mengarah ke American country dengan elemen folk-pop yang juga kental. “Forever Lost” yang ada di awal album ini bisa menarik perhatian untuk mendengarkan lagu-lagu lain pada album ini. Pembagian vokal pria dan wanita pada lagu ini mempunyai tempat yang pas. “Long Legs” sebuah lagu yang membawa kita pada era-era country dari Neil Young dengan sedikit ajaran dari Hank Williams. “Love Me Like You” adalah first single dari album ini. Backing vocal pada lagu ini sangat catchy. Melodi lagunya juga sangat sing along dengan handclaps yang membuat kita ingin segera beranjak dari tempat tidur di hari minggu yang malas.

Album ini juga banyak memuat lagu-lagu balada. Dan mereka juga ternyata mahir dalam membuat lagu-lagu Balada yang bagus. Seperti “Try”, “Wheel On Fire” dan “I See You, You See Me”. Tetapi lagu balada paling sukses dalam album ini ada pada lagu “Love’s a Game” Lirik yang heartfelt, musik yang soulful, dan harmonisasi yang begitu syahdu, membuat lagu ini menjadi lagu balada yang indah.

Sebuah debut yang sangat menjanjikan. Menjadikan mereka seperti oase ditengah gempuran band-band dance-rock atau brit-pop revival yang sudah semakin tipikal. Jadi sekarang kita tinggal menunggu saja, apakah semakin banyak nantinya orang-orang yang berbadan gemuk, berambut gondrong sepunggung dan berjenggot lebat di sekitar kita?