Tuesday, January 27, 2009

RIP Charles Cooper of Telefon Tel Aviv

Kemarin sore saya mendapat sebuah kabar duka bahwa Charles Cooper atau yang biasa dipanggil Charlie, salah satu dari duo IDM Telefon Tel Aviv telah meninggal dunia. Teman kantor saya, Ega yang memberitahu pertama kali kabar ini. Ia membacanya di blog myspace dari Telefon Tel Aviv.

Di blognya, Joshua Eustis hanya menulis berita bahwa teman satu bandnya telah meninggal dunia, tanpa memberitahu penyebab kematiannya. Ini salah satu petikan tulisan Joshua di blog myspace Telefon Tel Aviv:

It breaks my heart to inform you all that Charlie Cooper, my better half in Telefon Tel Aviv, passed away on January 22nd.

We have been friends since high school, and began making records together a decade ago. We have been so fortunate to tour the world together, while at the same time having a massive amount of laughs at one another’s expense.

Setelah membaca berita duka itu, seketika saya langsung mencari tahu kabar selanjutnya di internet. Tetapi ternyata kabar duka tersebut belum tersebar luas. Baru satu atau dua blog yang memberitakan berita duka itu. Itupun hanya mengutip tulisan Joshua di Myspace.

Baru pagi ini, saya kembali mencari tahu penyebab kematian dari Charlie. Dan ini beberapa fakta yang saya temukan:

A 31-year-old Louisiana-born musician -- missing from a Wicker Park residence since an argument with his girlfriend last week -- has been found dead in the Near Northwest Side neighborhood.

Charles Cooper went missing last Wednesday night after an argument with his girlfriend. He had been staying with a friend in the Wicker Park neighborhood when he got into the argument, according to Grand Central Area detectives.

Cooper left the residence, located near 1400 N. Milwaukee Ave., before midnight on Jan. 21 and had no contact with friends or family members since, police said. He reportedly has a history of threatening suicide, but did not make such threats last week.

Cooper was found Monday at 2306 N. Lawndale Ave., according to the Cook County Medical Examiner's office. Pronouncement information was not available and an autopsy was scheduled for Tuesday to determine the cause and manner of death.

Kematian Charlie sungguh tragis. Di luar penyebab kematiannya yang masih misterius, kematian Charlie hanya berselang dua hari setelah album baru Telefon Tel Aviv, Immolate Yourself dirilis secara resmi.


Sebagai fans mereka, saya beruntung sempat menyaksikan sekaligus mewawancarai mereka ketika Telefon Tel Aviv datang ke Indonesia di akhir tahun 2007.


Saya masih ingat dengan jelas, ketika saya bertatap muka langsung dengan mereka. Kesan pertama saya terhadap Charlie, ia seorang pria yang ramah, murah senyum dengan tutur bahasa yang santun. Sedikit bertolak belakang dengan rekan satu bandnya, Joshua kalau menurut saya.

Setelah interview berakhir, saya menyerahkan majalah tempat saya bekerja waktu itu kepada mereka. Dan Charlie yang pertama berkomentar, bahwa ia berharap dapat membaca semua tulisan di majalah itu (yang berbahasa Indonesia) karena menurutnya sepertinya isi majalahnya sangat menarik.



Di sore harinya, ketika saya datang ke press conference di Blitz Megaplex di mal PVJ, Charlie yang terlebih dulu menyapa saya ketika ia melihat saya di press conference tersebut. Tidak ada kesan bahwa ia seorang musisi yang hebat atau terkenal.

Penampilan mereka di Indonesia berakhir kurang begitu sukses karena masalah teknis saat di panggung. Setelah pertunjukkan, saya menemui mereka di belakang panggung, dan menanggapi masalah teknis tersebut, Charlie hanya menyikapinya dengan senyum. Apa yang sudah terjadi, terjadilah, begitu katanya. Sepertinya ia maklum dengan masalah teknis tersebut. Sedangkan Joshua tampak sangat kecewa dan kesal mengenai penampilan mereka yang kurang begitu sukses malam itu.


Entah akan seperti apa nasib Telefon Tel Aviv selanjutnya. Karena musik Telefon Tel Aviv tidak akan bisa seperti ini jika mereka berdua tidak saling melengkapi satu sama lain.

Di wawancara itu, saya sempat bertanya mengenai bagaimana proses terciptanya signature sounds dari Telefon Tel Aviv. Dan Joshua menjawabnya:

Pada dasarnya, saya membangun sesuatu dan Charlie merusaknya.

Yang saya bangun di suatu lagu biasanya sesuatu yang lebih teratur dengan tempo yang fix dan presisi. Sedangkan Charlie memperkenalkan ide-ide yang lebih chaos, bebas.

Sedangkan sebaliknya, jika Charlie datang dengan sesuatu yang terlalu longgar, saya yang mengikatnya. Jadi di satu sisi ada sebuah presisi dan keteraturan dalam musik kami, tapi di sisi lain ada banyak chaos juga.

Jadi tidak akan tercipta musik Telefon Tel Aviv yang seperti ini, jika kami berdua tidak melakukan hal itu. Ada yang menjadi otak kiri, dan ada yang menjadi otak kanan.


Selamat jalan Charlie...Kami semua akan merindukanmu.

April 12, 1977 - January 22, 2009


14 comments:

  1. innalillahi wainna ilaihi rojiun (kekeke).

    padahal gw lagi enjoy dengerin rilisan barunya "immolate yourself" yang lebih simple dan dreamy. atau itu emang album untuk menyatakan gimana caranya charlie ngucapin perpisahan ya? asli tuh album peaceful banget bagi gw.

    ReplyDelete
  2. innalilahi... inikah akhir dr telefon tel aviv?

    ReplyDelete
  3. "immolate yourself" bisa2 bakalan jadi album monumental nih di masa depan

    ReplyDelete
  4. oh goood!!merinding gila gw bacanya dim..parah..langsung dengerin telefo tel aviv gini gw..:(

    ReplyDelete
  5. wahhh.. gw baru tau nih..
    padahal baru rilis album baruuu..

    ReplyDelete
  6. udah dapet info penyebab kematian sebenarnya, Dim?

    ReplyDelete
  7. mungkin kisah albumnya akan mirip-mirip dengan heath ledger dan film dark nightnya.

    ReplyDelete
  8. belum tau, ber. belum googling lagi.

    ReplyDelete
  9. Wah2 banyak ya musisi hebat yang harus meninggal tragis habis beberapa musisi UG lokal sekarang import... yah semoga karya terbarunya akan menjadi peninggalan yang terbaik sampai sepanjang masa..... amin

    ReplyDelete