Sunday, July 2, 2006

You Are What You Listen To



You
are what you listen to
. Seringkali kepribadian seseorang bisa
tercermin dari musik yang didengarnya. Kita tidak selalu bisa mengetahui
kepribadian seseorang dengan hanya melihat tampilan fisik saja. Jaman
sekarang penampilan fisik seringkali menipu. Salah satu teman saya di kos,
mempunyai tampilan fisik yang sama sekali bertolak belakang dari musik yang
didengarkannya. Ia berbadan kurus, tampak ringkih karena sering sakit-sakitan,
berkaca mata, dan tidak pernah menggunakan aksesoris yang berbau metal, tetapi
ia mendengarkan musik yang kebanyakan dari band-band cadas lokal seperti
Jeruji, Savor of Filth dan tentunya sang legendaris Puppen. Rasanya lucu
mendengar ia menirukan seruan “Lawan!” -
yang ada di dalam salah satu lagu Jeruji – dengan tampilan fisik yang mungkin
lebih cocok untuk mendengarkan musik yang lebih lembut. Mungkin jauh di lubuk
hatinya ada sesuatu kemarahan atau pemberontakan yang terpendam. Maka melalui
musik cadas itulah segala kemarahan dan pemberontakannya bisa dirayakan dengan
suka cita.





Dalam memilih pasangan biasanya hukum you are what you listen to juga berlaku. Beberapa teman saya
cukup tegas dalam hal tersebut. Mereka pasti akan mundur jika wanita incarannya
ternyata ketahuan memiliki selera musik yang sangat bertolak belakang. Maksud
saya disini selera musik boleh berlainan, tetapi ada beberapa aliran musik yang
jika dicari titik temunya akan mengalami kebuntuan. Misalnya musik modern RnB
dan musik indie pop. Dari tingkah laku pendengarnya saja sudah jauh berbeda. Pendengar
modern RnB biasanya memiliki kepribadian yang cukup terbuka dan easy going
sedangkan pendengar musik indie pop biasanya manusia dengan kepribadian yang
lebih tertutup atau juga sensitif. Jika kedua manusia dengan latar belakang
musik yang bertolak belakang itu ditemukan, pasti akan terjadi benturan yang
cukup signifikan.





Saya juga pernah dekat dengan seorang wanita
yang mempunyai selera musik yang jauh berbeda dengan saya. Tetapi saya tidak
langsung mundur. Saya melihat dulu, jika wanita tersebut kira-kira bisa terbuka
dan menerima jenis musik yang saya sukai, saya akan lanjutkan hubungan tersebut.
Saya sendiri juga menghargai musik yang dia dengar. Malah itu bisa membuat
wawasan musik saya bertambah. Seiring waktu, wanita tersebut malah meninggalkan
jauh-jauh selera musiknya terdahulu, dan mulai menggemari musik yang saya
dengar, walau saya tidak pernah memaksakan selera musik yang saya sukai.



Di lain waktu, saya juga bisa tertarik dengan
wanita hanya karena dia mempunyai selera musik yang menyerupai dengan selera
musik saya. Tetapi hal itu tidak mutlak. Saya akan bersedia menjalani suatu
hubungan dengan seorang wanita yang mempunyai selera musik yang berbeda, sejauh
musik yang dia dengar tidak secara langsung membuat hubungan menjadi memburuk.





Mungkin saya sudah terbiasa berinteraksi
dengan orang-orang dengan selera musik yang jauh berbeda dengan saya. Kamar
kosan saya kebetulan diapit oleh 2 kamar yang mempunyai selera musik yang jauh berlainan.
Malam hari saya terbiasa mendengar musik-musik pop melankolis Indonesia dari
mulai Dygta, Flanella, dan Keris Patih dari kamar di sebelah kanan saya. Sedangkan
di siang hari, saya mendengar musik-musik RnB jaman sekarang seperti Chris
Brown, Neyo ataupun Black Eyed Peas dari kamar di sebelah kiri saya. Dan memang
terbukti kedua orang itu juga mempunyai kepribadian yang kira-kira mencerminkan
selera musiknya.





Disini saya akan lebih objektif dan tidak akan
memojokkan suatu aliran musik tertentu. Kita tidak bisa menjudge seseorang bahwa
dia mendengarkan musik yang buruk hanya karena dia mendengarkan musik yang jauh
berbeda dengan kita. Hidup ini suatu pilihan, begitu juga dengan selera musik.
Alasan paling dasar bagi seseorang untuk memilih dan mendengarkan suatu musik
karena musik yang dia dengar cocok dengan kepribadiannya. Walau pada prosesnya
pengaruh lingkungan atau mungkin juga pengaruh trend yang ada juga sangat
mempengaruhi seseorang untuk memilih dan mendengar musik yang dia sukai.
Tetapi hal tersebut tidak akan berjalan selamanya. Ada saatnya semua akan
berpulang kepada selera paling personal dari setiap individu yang juga merupakan
cerminan dari kepribadiannya masing-masing.





Jika pada dasarnya menyukai musik lembut setipe
Celine Dion, pasti akan tersiksa jika terus dipaksa untuk mendengarkan musik
dari band-band yang sedang hip sekarang ini seperti Artic Monkeys ataupun Clap
Your Hand and Say Yeah. Begitu juga sebaliknya. Kita pun hanya ingin menikmati
musik yang benar-benar kita sukai yang sesuai dengan hati kita terlepas dari
segala tren dan lingkungan yang terkadang bisa mengaburkan kepribadian kita
yang sebenarnya.










25 comments:

  1. tambahan nih mas..what you wear sometimes show your music preferences, karena musik dan fashion amat sangat berdampingan. Lucunya dulu gue pernah ngobrol2 sama seorang temen pria di Bandung, dan kita ngeliat suatu kecenderungan bahwa pria2 pendengar indie pop lebih sering dikecewakan dalam percintaan dibandingkan yg mendengarkan RnB atau HipHop. Memang terlalu mengeneralisasi, tapi itu yg kita liat dari contoh kasus teman2 di lingkungan pergalauan..eh pergaulan. Seperti ayam dan telor, gak tau mana yg duluan..kepribadiannya yg mempengaruhi taste musiknya atau musiknya yg akhirnya mempengaruhi kepribadiannya. :)

    ReplyDelete
  2. And there goes that famous High Fidelity quotes.."Did I listen to pop music because I was miserable? Or was I miserable because I listened to pop music?"..haha..

    ReplyDelete
  3. ada lagi ni Mas.
    type orang yang mendengarkan musik yang dianggap keren oleh orang lain, supaya dia bisa menjadi keren menurut anggapan dia juga.. hehehe..

    ReplyDelete
  4. iya ini seperti yg udh gw tulis..bahwa pendengar indiepop biasanya mempunyai sifat yg lebih sensitif dan tertutup..jadi kl mau deketin cewe gak akan seberani pendengar hip hop..hehe..trus ditambah lagi kl ujung kisah percintaannya tidak membahagiakan, galaunya bisa 2 semester bahkan lebih..hahaha....

    kl musik membentuk kepribadian banyak juga kejadiannya. biasanya paling keliatan emang di perubahan fashionnya.

    ReplyDelete
  5. yup..setuju! emang mantap tuh nick hornby..

    ReplyDelete
  6. iya kl ini banyak banget..biasanya abg-abg yang masih mencari jati diri..hehe

    ReplyDelete
  7. *melihat playlist*

    kayaknya gue harus mulai pindah aliran

    *buka limewire, download lagu-lagu usher, nelly, kanye west..'

    tae ah..huhhuhuhu

    ReplyDelete
  8. ah ga usah bingung2 buka limewire, coba dicari di rak kali2 kaset Element sama Glenn Fredly-nya masih ada.

    ReplyDelete
  9. gimana kalo lo pendengar segala? fashion statement-nya campur aduk dong? gimana kalo lo kaya ben watt yang berubah tapi tetap keren? dimas mau ya mp3-nya? ga mau bagi ah. hihi...

    ReplyDelete
  10. pendengar segala tapi pasti kan ada satu genre yang paling dicintai..jadi genre itulah yang bisa mewakili dirinya..kl fashion statement sih tergantung pribadinya juga kl emang fashionista pasti bakal ngikutin juga..kl kayak gw sih gak ngikutin fashion genre yang gw suka, yang penting nyaman dan terjangkau harganya..hehehe...

    ReplyDelete
  11. Gue tau tuh, ada vokalis band indie pop yang tiba-tiba ketika ujung kisah percintaannya tidak membahagiakan, langsung menjadi sangat amat produktif. Bisa menulis beberapa lirik lagu dalam waktu yang berdekatan. Tapi, ketika hidupnya beranjak normal, terus nggak jadi produktif. Gue suka salah satu potongan liriknya. Buat gue, ini lagu band ini yang paling gue suka:

    "Where should I stand?"
    "Why should I stand?"

    Haha.. Dalem tuh. Tapi si Erick galaunya udah lebih dari dua semester, Mas. Kalo yang itu masuk kategori apa ya?

    ReplyDelete
  12. Jadi inget, Pir. Cerita band lokal Bandung yang sekarang sedang ngetop banget. Cerita yang elo bilang kalo dulu salah satu personilnya dandanannya indies. Sekarang seolah jadi eksponen paling depan pergerakkan rock n' roll revivalist bin humoris nomor satu di kota ini.

    Fashion statement emang terkadang berpengaruh dengan musik yang ia dengarkan. Terutama bagi orang2 yang mencari jati diri. Untung saya tidak masuk dalam kategori ini. Mahal diongkos juga loh. Coba deh dihitung: Ada ongkos ngecilin celana biar jadi ketat, ada ongkos beli jaket kulit palsu di Cihapit, ada ongkos beli baju band luar yang sedang naik daun di Rockstar, ada ongkos beli sepatu kulit imitasi biar seragam sama temen seband, dan tentunya ada ongkos untuk terlihat keren di public space.

    Wah, kok gue jadi mengacu ke satu band aja sih. Dulu dengernya musik Inggris sekarang mencoba jadi revivalist dengan bonus humor sih. Nggak seru ya band itu. Aha! Cieeh Vampir yang pernah sekampus ama salah satu personilnya!

    ReplyDelete
  13. Ada temen gue, dandanannya indies beraaattsss... dengan celana kecil, ngatung, sepatu converse, kaos ketat, badan kurus ramping, rambut belah pinggir ada antenanya di samping kuping, pokoknya lebih indies daripada david bowie. Eh, tapi dia gak tau The Stone Roses. Gimana tuh menurut anda? Malu gak sih? Padahal The Stone Roses menurut gue sih salah satu paman indies. Dan dia juga gak tau James serta Lightning Seeds. Menurut gue, konsekuensi orang yang udah berdandan pol gitu sehari-hari, yaitu menambah wawasan musik sehingga gak malu sama gaya. Lebih baik "Brit Pop by heart, not by look!". Setuju bang?

    ReplyDelete
  14. saya selalu suka the fake sejak awal kemunculannya. sampe rela nemenin di studio ampe menjelang pagi dan muncul hantu lagi. teror! the fake itu sangat keren karena pake hati buatnya. loh? ga nyambung ya. itu tadi menanggapi felix. kalo menanggapi fino, saya setuju kalo musik itu dari hati, bukan penampilan. liat aja dimas yang sangat soulful dengan musiknya. padahal ga folk kan dandanannya. tapi saya liatnya dimas itu sangat ballads of the cliche. juga saya yang seruntulan tapi soulful dengan musiknya. apa ya musik saya? yaitu disko campur rock'n'roll campur pop campur aduk segala macam. yeah! dan jangan samakan dengan sok rock'n'roll tai kucing asal kota kembang ya. ngehe lo, lix! haha... felix juga termasuk hebat dengan koleksi sepatunya. fino? tentunya si keren nomor empat di ballads. pertama? zennis dong. hehe...

    ReplyDelete
  15. kalo ada penyakit pilek menahun,galau si erick itu namanya galau menahun..sudah akut..seperti terlihat tidak lagi membutuhkan pendamping, walaupun gw yakin di dalam hatinya masih mendambakan hadirnya seorang wanita bersuku batak berparas cantik, mempunyai iman kristiani dan tentunya suka musik indie pop.

    ReplyDelete
  16. hati-hati lho bung felix..sang vokalis yang anda singgung di atas gosipnya juga mempunyai account di multiply..hihi..

    ReplyDelete
  17. ariel peterpan aja yang suka berbaju tanpa lengan yang memperlihatkan otot-otot tangannya yang kekar, serta dilengkapi dengan tas pinggang hitamnya, pasti akan ikut bernyanyi jika mendengar lagu elephant stone..

    sepertinya temen lo benar-benar korban mode doang..yg lagi trend apa dia ngikut deh...gw jadi curiga dandanan dia sekarang apakah bergaya emo?hehe...

    ReplyDelete
  18. gw sederhanakan aja menjadi pop n roll campur sari, gimana? :P

    ReplyDelete
  19. sapa sih itu yg kalian perbincangkan?Bagi2 dong sedikit kesini...:)

    ReplyDelete
  20. kan lo yang keempat. kedua dan ketiga ga mau bilang ah. nanti ada yang kecewa.

    ReplyDelete
  21. saya suka celine dion...tapi saya juga suka clap your hands and say yeah,bahkan show your bones...saya suka megi z dan mulan kwok....tapi saya juga suka the mars volta.....oh ya..saya penggemar berat bebel gilberto...fashion statement waktu nonton pure saturday+ waiting room bbrp minggu yg lalu : fashion statement ala cewe2 rnb..jadi saya tipe org seperti apa yah? (garuk garuk pala mode on)..

    ReplyDelete
  22. copywriter gw musti baca ini. hehe.
    kita duduk sebelahan.
    dia denger pop box office, k-pop & jay chou.
    gue denger mum, bjork, tel aviv, dll.
    beda jauh.
    makanya gue terapkan falsafah toleransi, dan saling menerima.
    pas dia ngomong pengen nonton konser jay chou, gue mendengar dan cuma berkomentar dalam hati.
    pas gue bilang pengen nonton bjork feb nanti, dia komen "bjork itu gila. apa bagusnya dia? kapan dia pernah berjaya?"


    gue pun speechless. hehe.
    bahkan gue nggak mau capek-capek merasa tersinggung.

    ReplyDelete