Monday, December 3, 2007

Quickie Express

Rating:★★★
Category:Movies
Genre: Comedy
Apa yang saya dapatkan ketika menonton film Quickie Express yang diproduksi
oleh Kalyana Shira, dengan produser Nia Dinata, cerita yang ditulis oleh Joko Anwar dan disutradarai oleh Dimas Djay?

1. Saya kembali disuguhkan oleh cerita yang memaparkan sebuah sisi menarik dari kehidupan kaum urban Jakarta seperti yang pernah tersaji dalam film-film Kalyana Shira lainnya, seperti Arisan, Janji Joni dan Berbagi Suami. Kali ini Kalyana menampilkan profesi gigolo dengan perusahaan induknya yang bernama Quickie Express, sebuah pelayanan male escort berkedok delivery pizza. Walaupun ide cerita seperti ini mirip sekali dengan film Loverboy yang diproduksi tahun 1989 dengan pemain utamanya yaitu si McDreamy dari Greys Anatomy, tapi setidaknya Quickie Express merupakan tontonan yang menyegarkan terutama di saat ini, saat bioskop Indonesia dipenuhi film-film horor kacangan.

2. Lagi-lagi saya disuguhkan adegan kejar-kejaran seperti yang biasa terjadi pada film-film yang ditulis Joko Anwar seperti Jakarta Undercover, Kala dan tentunya Janji Joni. Dalam Quickie Express, adegan kejar-kejaran kembali muncul dan pastinya adegan ini mengambil latar dalam gang-gang sempit, jalan kumuh serta deretan bangunan tua, seperti yang biasa ditampilkan dalam film-film yang ditulis oleh Joko Anwar lainnya.

3. Adegan kejar-kejaran ini lalu disempurnakan oleh Dimas Djay yang memang terkenal dengan visual-visualnya yang indah dan estetis. Dan seperti yang pernah dilakukan oleh Dimas Djay dalam film terdahulunya, Tusuk Jelangkung, kini ia lagi-lagi keasyikan mengurusi visual yang indah dan melupakan aspek penyutradaraan yang lainnya. Seperti masalah durasi. Durasi film ini menurut saya agak terlalu panjang, ada bagian-bagian yang membosankan di pertengahan film. Lalu kurang menyatunya chemistry dari trio Tora, Aming dan Lukman adalah salah satu pekerjaan Dimas yang tidak tereksekusi dengan baik.

4. Telinga saya kembali dimanjakan oleh alunan scoring yang apik garapan ’dream team’ kecintaaan Kalyana Shira, yang terdiri dari Aghi Narotama, Ramando Gascarro dan Bembi Gusti yang telah sukses di Berbagi Suami. Dalam Quickie Express -sesuai dengan mood dan tema ceritanya- mereka bertiga meramu musik-musik scoring yang terinspirasi dari film-film Blaxploitation tahun 70 yang groovy. Untuk soundtracknya sendiri, masih didominasi oleh sederetan band-band Aksara seperti The Adams, White Shoes, Sore ataupun Ape on The Roof. Diantara band-band tersebut, yang menarik perhatian saya adalah Sore dengan ”Ernestito” yang romantik dan sangat selaras dengan adegannya. Serta pemunculan band ’dadakan’ bernama The Squirts dengan lagunya yang berjudul ”Mesin Cinta.”

5. Jika Tora Sudiro dan Dominique berhasil diorbitkan melalui Arisan dan Berbagi Suami, sekarang tinggal menunggu waktu saja, apakah Sandra Dewi yang memerankan kekasih Tora dalam film ini yang tampak manis seperti donat J-Co akan menuai kesuksesan yang sama melalui Quickie Express? Yang pasti dengan paras cantik, gerak gerik yang lemah lembut, tutur katanya yang ’cewe banget’ dengan sedikit manja, telah sukses membuat banyak pria terpesona. Saat ia mengucapkan dialog, ”Yah... kita nggak jadi ketemuan ya... sedih deh...", sontak seluruh pria di bioskop tempat saya menonton langsung berteriak gemas.

6. Seperti film produksi Kalyana Shira lainnya, Quickie Express juga menampilkan para aktor ’tua’ yang berkualitas, walaupun pemainnya masih itu-itu saja. Ira Maya Sopha yang juga bermain cemerlang di Berbagi Suami, kini kembali bermain bagus menjadi seorang tante yang kesepian. Ada juga Tino Saroengallo yang pernah bermain menjadi pseudo-hippes di Realita Cinta dan Rock n Roll, kini berperan menjadi banci bernama Mudakir, pemburu serta pemilik dari Quickie Express. Lalu ada Rudi Wowor dengan porsinya yang tidak banyak namun cukup menarik perhatian. Namun penampilan yang paling menonjol dimiliki oleh Tio Pakusadewo. Setelah perannya menjadi orang Cina dalam berbagai Suami, kini ia berperan sebagai orang Ambon dengan penampilan yang mirip Samuel.L.Jackson di Pulp Fiction. Dia memang benar aktor sejati yang bisa memerankan berbagai tokoh dengan karakter yang berbeda-beda dalam setiap filmnya. Tampaknya untuk hal ini, Tora Sudiro harus belajar banyak dari Tio. Apalagi Aming, jika dia memang berencana akan terus menjadi aktor film. Penampilan Lukman Sardi yang biasanya memukau, kali ini tampak biasa saja. Mungkin karena porsinya yang sedikit. Atau dia terlalu konsentrasi untuk membalikkan huruf P dan F dalam setiap dialognya?

7. Salah satu ciri khas film Kalyana Shira adalah pemunculan cameo. Film ini juga dipenuhi oleh cameo-cameo yang berseliweran. Dan pada film ini, pemunculan Joko Anwar di pertengahan film cukup mengejutkan dan mengundang tawa. Namun yang cukup menyita perhatian pastilah si instruktur ’lekong’ di pusat pelatihan Quckie Express dengan kostum minim lengkap dengan raket nyamuknya, yang diperankan oleh Roy Tobing yang dulu terkenal dengan senam body language-nya.

8. Quickie Express adalah film comedy. Dan film ini menampilkan kelucuan-kelucuan dalam bentuknya yang paling konyol hingga yang cerdas. Ada beberapa adegan slapstick yang kesannya dipaksakan. Ok, untuk hal ini saya masih bisa kompromi kalau mengingat film ini adalah tribute dari Dimas Djay untuk Warkop DKI. Namun ada juga dialog-dialog cerdas yang memang menggelikan. Seperti disaat Mudakir menawarkan Tora pekerjaan lain (yang saat itu masih ragu-ragu untuk berprofesi sebagai gigolo) ”Emang kerjaan lainnya apaan?” tanya Tora. Lalu Mudakir menjawab, ”MLM.” ”Gila, mending gue jadi gigolo daripada kerja MLM!”, seru Tora dengan nada tinggi. Ada lagi kelucuan yang menarik perhatian saya, yakni komputer penganalisa profesi yang kemungkinan besar diinstal oleh Cinta Laura :p

9. Last but not least, walaupun film ini masih mempunyai banyak kelemahan antara lain, beberapa twist dari film ini mudah ditebak, akting Tora dan Aming yang masih menjadi dirinya sendiri, beberapa kelucuan yang terkesan dipaksakan, hingga kisah yang di luar akal sehat, Quickie Express tetap sukses sebagai film hiburan yang memang harus dinikmati apa adanya, tanpa harus banyak berpikir macam-macam, ataupun tanpa harus mengharapkan film comedy ini bisa sehebat dan secerdas film-film comedy garapan Judd Apatow ataupun Seth Cohen yang kini tengah berjaya. Paling tidak trio Nia Dinata, Joko Anwar dan Dimas Djay sudah mencoba memberikan alternatif tontonan yang menyegarkan untuk saat ini.

21 comments:

  1. haha...cinta laura....
    "JIGOLOW..."
    begitu kata si komputer...hihihi...

    Sandra Dewi mirip Dian Sastro yah di film ini?
    trus Tino Saroengallo itu ikut serta dalam pembuatan The Fall ya?

    ReplyDelete
  2. semoga aja semakin hari semakin baik... soalnya film ini editan nya kurang bagus eui.
    beberapa dialog ditengah-tengah menurut gue agak kurang enak.
    apalagi pas adegan di WC.
    hehehe

    si the squirts itu juga ada David Tarigan. . gue dah ada CD soundtracknya, bagus. soulfunk gitu gaya blackploitation.

    ReplyDelete
  3. ahhhh, tidak, saya iri sekali dengan dimas. aduhhhh, kenapa kau menulis review film bagus sekali huhuhuu. malunya saya hiks.

    ReplyDelete
  4. wah dim, reviewnya jauh berasa lebih bagus drpd filmnya, seriousan loh..
    actually i dont really like the movie, but when i read this, saya langsung mencari2 setiap adegan yg saya ingat agar divisualisasikan lg di kepala saya seindah tulisan lo itu

    ReplyDelete
  5. iya bener..dalam beberapa sisi emang ada nuansa-nuansa distronya..huueheh

    the fall itu film bule ya? gak tau juga kalo tino saroengallo ikutan..

    ReplyDelete
  6. iya, dia ikutan jadi line producer di the fall. nonton dong, keren banget lo!

    ReplyDelete
  7. iya dim.. kayanya baca review orang2 ttg film ini kebanyakan pada kecewa..
    ko baru pas baca postingan ini jadi brasa pengen nonton banget filmnya yah..
    aaah jadi penasaran..

    ReplyDelete
  8. wuih keren juga ya, jd line producer. cari ah dvdnya.. btw vero, review film elo juga bagus-bagus kok, saya yang minder, gak bisa nulis kyk gitu.hehe

    ReplyDelete
  9. ahhhhh. dimas, tidak. you could not do that. the fall akan diputar di jiffest lagi setelah kemaren dijadikan closing film screamfest. keep writing yah!!!

    ReplyDelete
  10. ah..fifi bisa aja...makasih tp atas pujiannya..

    nonton film ini memang jangan terlalu banyak mikir, fi..nikmatin aja..nikmatin juga saat aming menggaruk-garuk pantatnya yang tepos itu..haha

    ReplyDelete
  11. oh..saya gak tau..hehe..iya nih pengen nonton jiffest juga..belum sempet beli tiketnya tp ampe sekarang..huhu

    ReplyDelete
  12. mungkin kebanyakan orang-orang punya harapan yang lebih saat mau nonton film ini. yah paling tidak film ini menghibur. eh tapi kalo mau nonton dimana, na? ntar aja kl balik kesini, cari dvdnya aja yah..hehe

    ReplyDelete
  13. disini suka ada yang jual ko dvd2 indonesia.
    tapi tetep mesti nunggu ampe dvd keluar.

    ReplyDelete
  14. setuju Mas, akting 3 cast gigolonya malah kurang berkarakter, gak se-gas pol ira maya sopha, rudi wowor dan tio pakusadewo, dan sama setting rumah mereka ber3 yg yayaya gitu aja, padahal setting di headquarternya udah ok banget, jadinya atang sih (agak tanggung) hehehe, tapi menghibur sih film ini di dataran lucu, belum lucu bgt... cie gampang bgt ya kita ngomentarin kerjaan org hehehe :p

    ReplyDelete
  15. btw ya dim, gw bingung ni film settingnya tuh medio taun brp?80an?90an?2000an? dari warna si film+wardrobe koq kyk late 70s early 80s tp dari property yg dipake so 2000.
    dan gw suka bgt sama tio pakusadewo...bner2 aktor watak deh doi,meskipun terlalu bnyk "cukimai" yg diucapin..humm mungkin saat itu "fuck" blm ngetrend kl yaa (tuh kan settingnya tu kpn siihh??), mu jd apapun jg ok huahuahua. nah gw agak jijik pas ada tante2 tua pas orgasm mlh teriak "huaaaassuuuu uweeeenaak tenaaann.." omigod itu sangat menjijikkan..geli deh gw ngebayanginnya..ewww...

    ReplyDelete
  16. Dimas...Take it to the next level euy!!. Reviewnya mantap abis..Lengkap dan Komprehensif...Juga Signifikan(apa si??). Gua setuju dim..menurut gua film ini patut muncul setelah belakangan ini perfilman kita didominasi hantu-tuyul-pocong-dll. Gua di film ini suka banget ma aktingnya Tio Pakusadewo..(pas nonton cewe gua mpe nanya "Hun,katanaya ada Tio Pakusadewo,yang mana tokohnya??" ternyata "Cukimai..!!!" dia bertransformasi jadi orang Ambon dengan logatnya yang masuk banget menurut gua. Mungkin lebih bagus dibanding logat "Regae..man"-nya Aming yang terkesan aga-aga dipaksakan. Sebenernya gua menanti-nantikan akting salah satu aktor kesukaan gua (Lukman Sardi) tapi mungkin bener kata lu, dia dapet scenenya cuma dikit kali ya...farah fisan (Kalo Parah Pisan si Lukman Sardinya jadi orang sunda atuh..!!).
    Kalo tentang J-Co....Eh Sandra Dewi, kemaren gua baru nonton dan baru tau kalo ternyata Sandra Dewi dipilih sama Nia Dinata emang karena kebetulan mirip Dian Sastro..(katanya). Dim kalo J-Conya kaya gitu pasti Manniiissss banget ya...he3X.Ud ah kepanjangan ya...ntar terusin lagi de.

    ReplyDelete
  17. kayaknya sih emang setting sekarang, num. tapi si dimas djay ngambil mood ama warna filmnya aja yang bernuansa retro.

    ohh.maksud elo, tante yg sama lukman sardi ya? hahaha..dari desahan ama bentuk emang gak ada yang beres.heueuh

    ReplyDelete
  18. oh iya? kasian banget yah kalo emang alasan dia diterima karena mirip dian sastro..

    soal J-Co itu dia, kalo kebanyakan kan eneg yah? mungkin sandra dewi tipe cewe yang cukup dinikmati luarnya saja, gak harus kenal lebih dalem lagi.hahaha *gaya amat sih..

    ReplyDelete
  19. hhmm..
    oke juga ya dimas nulis reviewnya huh..salut
    emang lumayan kok mas film nya

    tapi masih ada kelemahan yang lain mas...
    kayak karakter yang banyak dipaksain, seperti bokapnya Lila yang ternyata Banci, ditambah ternyata dia juga ada hubungan dengan bawahannya yang ternyata juga banci,jadi membuat film ini kebanyakan masalah yang menimbulkan unsur komedi nya agak hilang karena Film nya agak berat..
    huh bikin pusing!!!

    kalo menurut gw mendingan lebih memperjelas ending dari film itu, seperti bagaima kelanjutan keluarganya Lila, trus hubungan Jojo sama Lila.

    dan yang paling gw setuju dari lo mas, yaitu hubungan trio Tora, Aming, Lukaman yang kayaknya kurang ada chemistry nya, karena kurang ditonjolin kedekatan mereka bertiga. huh sayang ya, mungkin kalo agak ditonjolin makin menarik Filmnya

    tapi menurut gw oke juga lah filmnya, kena bgt lah buat cowok-cowok penggoda wanita hehehe

    ReplyDelete
  20. iya bener, nan..bagian pertengahan ampe akhir2 udah mulai ngebosenin ya..untuk ending emang kelemahannya gak diceritain lagi gimana kelanjutan hubungan tokoh2nya. tapi kalo diceritain lebih panjang lagi, ntar orang bosen lagi..hehe...kemaren aja udah agak kepanjangan.

    terus, terus, film ini kena banget buat cowo-cowo penggoda wanita, itu maksudnya elo yah, nan?haha..

    ReplyDelete
  21. Diantara beragam review, kritik, cacian dan makian terhadap film ini, review Anda yang paling pas, berkesesuaian, dan tersetujui oleh pendapat saya (bahkan sampai ke skor bintangnya sekalian).

    Tiada kata lain selain 'Setuju!' atas tulisan Anda....
    Oh ya, salam kenal!

    ReplyDelete