Tuesday, September 26, 2006

Lower City

Rating:★★
Category:Movies
Genre: Drama
Dua lelaki yang bersahabat lalu datanglah seorang wanita diantara mereka. Lalu seiring waktu, keduanya jatuh cinta terhadap wanita tersebut. Apa yang terjadi selanjutnya? Sudah bisa ditebak, persahabatan mereka pun menjadi goyah dikarenakan oleh kecemburuan dan persaingan yang timbul diantara mereka. Sebuah kisah klise yang sudah begitu banyak ditampilkan dalam film, baik itu buatan negeri sendiri, Hollywood, ataupun foreign language film, seperti pada film ini yang merupakan produksi Brasil yang juga menampilkan kisah klise yang tadi saya sebutkan diatas.

Pada awal film kita diperkenalkan oleh kedua sahabat yang bernama Deco dan Naldinho. Mereka berdua mempunyai pekerjaan sebagai pengantar barang melalui kapal boat yang dikemudikan oleh keduanya. Di suatu kesempatan, mereka bertemu dengan Karinna, seorang penari telanjang yang membutuhkan tumpangan. Mereka berdua mengijinkan Karinna menumpang di kapal mereka dengan imbalan seks. Lalu cerita bergulir. Adegan seks selalu menghantui setiap relung cerita pada film ini. Ada adegan Deco tertusuk pisau setelah perkelahian di suatu tempat perjudian. Naldinho pun sedih, Karinna lalu datang menghibur. Lalu mereka berdua bercinta di sebelah Deco yang sedang tidur setelah mendapat perawatan dari dokter. Di lain waktu, disaat api cemburu kian memanas, Karinna dengan santainya bercinta dengan Deco dihadapan Naldinho yang tengah geram.

Untungnya setiap adegan seks dalam film ini tidak ditampilkan secara terang-terangan selayaknya film-film porno xxx seperti yang ditampilkan oleh film 9 songs ataupun Baise Moi. Lower City dengan cermat membungkus setiap adegan seks menjadi sebuah erotisme yang dibalut dengan eksotisme kota yang berlokasi di Brasil. Brasil memang terkenal akan kota-kotanya yang eksotis. Mungkin inilah yang menjadi jualan utama di film ini. Sudut-sudut kota tepi pantai yang kumuh, gelap dan kotor menjadi patner in crime yang tepat dengan erotisme yang menyala sepanjang film.

Sayangnya film ini tidak dilengkapi oleh cerita yang kuat. Sayang sekali film ini tidak bisa menjadi seperti film City of God – yang sama-sama bersetting di Brasil dan unggul di semua aspek, baik itu cerita maupun sinematografi. Sebagai film yang baru saja mendapatkan Award of The Youth pada festival Cannes tahun 2006 kemarin, film ini mengecewakan. Tidak ada kejutan-kejutan ataupun cerita-cerita unik yang biasanya terdapat pada foreign language film kelas festival. Di film ini, yang ada hanyalah keringat, desahan dan birahi yang terus berkobar diantara keeksotisan kota.


No comments:

Post a Comment