Tuesday, April 24, 2007

The Boy With No Name

Rating:★★★★
Category:Music
Genre: Alternative Rock
Artist:Travis
Ketika Fran Healy dan ketiga kawannya membentuk Travis sepuluh tahun yang lalu, mereka pasti tidak akan pernah menyangka bahwa musik mereka akan mempengaruhi banyak band soft rock di Inggris seperti Embrace, Keane, Starsailor ataupun Snow Patrol. Musik mereka juga yang telah turut andil dalam pembentukan salah satu band terbesar dan paling berpengaruh di dunia saat ini, yaitu Coldplay. Baru-baru ini dalam salah satu wawancaranya, Chris Martin mengakui bahwa Travislah yang ‘menciptakan’ Coldplay.

Sepuluh tahun merupakan perjalanan panjang yang sangat berarti namun juga melelahkan bagi Travis. Perjalanan berliku dalam mengarungi industri musik yang kejam dan intens. Maka dari itu, selepas promo dari album terakhir 12 Memories, mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak dari segala kegaduhan industri musik dengan kembali menjadi manusia normal dan menjalani hidup mereka sebebas-bebasnya dengan orang-orang yang dikasihi. Sampai pada waktunya, mereka siap untuk kembali dengan semangat baru yang jauh lebih segar dari sebelumnya.

Tiga setengah tahun telah berlalu semenjak album 12 Memories dirilis - sebuah album yang dipenuhi oleh hubungan yang gelap, dan sebuah album yang digambarkan oleh Fran Healy sebagai sesi terapi bagi Travis. Kini dengan segenap optimisme dan rasa positif yang dikumpulkan kembali satu demi satu sepanjang masa istirahat mereka, Travis kembali datang dengan sebuah album pencerahan. The Boy With No Name kemudian dipilih sebagai judul album, mengikuti tradisi judul-judul album Travis yang dibayangi oleh nuansa misterius seperti The Man Who dan Invisible Band. The Boy With No Name sendiri sebenarnya ditunjukkan Fran Healy untuk anaknya yang baru lahir yang sempat tidak mempunyai nama selama beberapa minggu setelah dilahirkan.

Album ini dipenuhi oleh lagu-lagu bittersweat pop yang lebih kuat dari apa yang pernah dilakukan Travis sebelumnya. Singel pertama “Closer’ menjadi bukti paling nyata bahwa Travis telah kembali dengan kekuatan penuh dan telah siap untuk kembali dicintai semua orang. Lagu ini menebarkan kehangatan aroma cinta yang terus mewangi setiap detiknya. Setiap detik yang dibangun dengan cermat melalui perpaduan dari melodi yang ramah di telinga, suara gitar e-bow yang menyayat, dan alunan suara melankolis dari Fran Healy.

Lagu lain yang masih menampilkan kekuatan melodi easy listening dengan irama ala Travis terdapat pada “Battleship”, yang menyuguhkan atmosfir menyenangkan yang bisa menjadi teman akrab disaat melakukan perjalanan jauh ke luar kota. Bahkan lagu “Sailing Away” yang dijadikan bonus track juga mempunyai melodi yang tidak kalah kuat untuk bisa bersaing menjadi salah satu singel selanjutnya dalam album ini.

Sementara itu, di lagu lain seperti “Selfish Jean” yang berirama upbeat, memperlihatkan sebuah sisi dari Travis yang jarang terungkap. Dengan menggabungkan sedikit pengaruh dari Iggy Pop dan juga Motown ke dalam musik mereka yang manis, membuat lagu ini terdengar menyegarkan. Di lagu “Big Chair”, Travis melanjutkan irama upbeat tadi namun dengan nuansa yang lebih gelap dengan intro lagu yang seakan-akan diambil dari salah satu track lagu Linkin Park.

Hasil gemblengan Brian Eno saat workshop sebelum sesi studio dimulai dan juga pengaruh produser Nigel Godrich saat sesi rekaman, paling terlihat dalam lagu “Colder”, sebuah lagu weather-related yang terbaik yang dihasilkan Travis semenjak “Why Does It Always Rain On Me” Lagu ini sarat akan sound yang berat, gelap dan megah yang mengiringi melodi lagu yang terdengar ringan dan melodius. Pada “Out of Space”, pengaruh kedua orang produser hebat tadi juga masih sedikit terasa. Lagu akustik yang sederhana ini dibalut dengan kegelapan dan suara-suara yang dramatis yang menjadikan lagu akustik ini menjadi sebuah himne yang begitu membius.

Album ini adalah sebuah comeback yang menyegarkan. Walaupun secara musikal album ini pada dasarnya masih menawarkan formula musik khas Travis yang selama ini kita ketahui, namun rasa bosan itu tidak kunjung datang saat mendengarkan album ini. Rasanya kita akan selalu rindu mendengar musik seperti ini. Musik soft rock yang manis dengan melodi ringan, serta dilengkapi dengan refren kuat yang akan terdengar fantastis jika dipasang pada salah satu scene yang emosional dalam serial Grey’s Anatomy.

2 comments:

  1. duh susah deh kalo fans bikin review... huhuh.. gw suka band ini sejak the man who sampai invisible band... gw gak tau persis setelah itu band ini bikin apaan.. dan gw emang tertarik gabung lagi sama SobaTTravis.. atau balatravis? heheheh setelah denger closer di radio. kalau aku cukup punya uang aku akan mampir ke singapura beberapa tahun silam ketika mereka mampir kesana.

    ReplyDelete
  2. hehe..sebenernya saya bukan fans berat mereka kok bang yoshi..tapi album ini jd penasaran pengen denger sealbum karena jatuh cinta sama singel closer itu..huhu..oh iya mending gabungnya sama sobat balat aja, ditunggu lho kedatangannya tanggal 29 di hey folk :)

    ReplyDelete