Wednesday, April 25, 2007

Underrated Favourites








Belum lama ini,
saya kembali menelusuri file-file mp3 yang ada di komputer saya. Hal ini sering
saya lakukan di saat senggang. Mencari dan lalu mendengarkan kembali dengan
lebih intens album-album atau lagu-lagu yang sebelumnya jarang saya dengarkan
yang bisa jadi adalah ‘harta karun’ yang terpendam yang selama ini tidak saya
sadari.

Lalu penelusuran
saya kali ini sampai kepada album-album bagus yang dihasilkan oleh band-band
yang kebetulan kurang mendapat perhatian dari banyak orang maupun dari berbagai
media. Kurangnya perhatian terhadap band-band ini bukan disebabkan oleh materi
yang tidak bagus, namun mungkin saja karena faktor promosi atau distribusi dari
album-album tersebut yang kurang baik sehingga musik mereka belum bisa didengar
oleh banyak telinga di luar sana. Biasanya band-band inilah yang sering disebut
sebagai underrated bands. Berikut ini adalah band-band underrated berikut album
mereka yang saat ini sering saya dengarkan. Silahkan mendownload disini, jika
ingin mendengarkan beberapa lagunya.





1. June and The Exit Wounds - A Little More
Haven Hamilton, Please,
Parasol,
1999



June and The Exit Wounds adalah sebuah alter ego dari seorang pemuda
asal Chicago yang bernama Todd Fletcher. Melalui album debutnya ini, June and
The Exit Wound dengan sukses menghidupkan kembali romantisme dari kejayaan Todd
Rundgren di awal tahun 70an yang digabungkan dengan harmonisasi suara ala Beach
Boys. Track favorit saya dalam album ini ialah “How Much I Really Love You”,
sebuah mid-tempo ballads yang mengagumkan dengan nuansa yang kurang lebih sama
dengan “I Saw The Light” milik Todd Rundgreen. Suara Todd Fletcher yang indah -
terlebih jika ia menggunakan tehnik falsettonya yang sangat halus - akan selalu
mengingatkan saya pada vokal Carl Wilson. Namun semua pengaruh dari berbagai idola
Todd Fletcher tadi tidak menjadikan June and The Exit Wound sebagai sebuah band
copy cat atau juga sebagai band kover dari lagu-lagu Todd Rungreen maupun Beach
Boys. Todd Fletcher dengan piawai menggabungkan berbagai pengaruh dari idolanya
tersebut dengan elemen-elemen soft pop sentimentil yang kuat yang dimiliki
dirinya, menghasilkan
sebuah album dengan koleksi terbaik dari lagu-lagu pop yang
cerah dan penuh kehangatan. Album ini adalah artifak berharga dari
penghujung tahun 90an yang sayang sekali terlupakan.





2. Tenderfoot – Without
Gravity
, One Little Indian, 2005



Jika The Album
Leaf, sebuah band asal Amerika mencoba membuat musik-musik dingin dan gelap
seperti kebanyakan musik yang dihasilkan dari Islandia, maka Tenderfoot adalah kebalikannya.
Tenderfoot yang berasal dari Islandia menciptakan musik yang terdengar sangat
Amerika, dengan nuansa country folk yang cukup kental. Ketika banyak musisi di
Islandia mengutak-ngatik amplifer serta efek gitar mereka agar menghasilkan
sound yang paling gelap dan dramatis, empat orang pemuda yang terdiri dari Konni
(gitar) and Kalli (gitar dan vokal), Grimsi (drum dan vokal), dan Helgi
(double-bass) malah membiarkan suara intrumen mereka senatural mungkin, agar
tercipta sound akustik yang hangat dan nyaman untuk didengar. Suara Kalli yang
lirih dan menenangkan memang membawa kedamaian tersendiri saat mendengarnya. Di
beberapa sudut di album ini saya juga merasakan aura Nick Drake yang cukup
kental. Album ini menawarkan suatu kedekatan yang intim dan kehangatan dari
sebuah kebersamaan, serta rasa saling berbagi gagasan dan emosi. Yang semuanya
itu berada jauh dari dunia yang jahat dan berbahaya di luar sana.





3. Art of Fighting – Wires, Trifekta, 2001



Wires adalah
debut album dari indie rockers asal Australia yang beranggotakan kakak beradik
Ollie Browne (vokal dan gitar), dan Miles Browne (gitar, trumpet) serta mantan
kekasih dari Ollie, Peggy Frew (bass), dan seorang kerabat dari Ollie yang
bernama Marty Brown (drum). Musik Art of Fighting terinspirasi dari romansa
jazz tahun 30an, post-grunge abstrak rock yang minimalis serta musik pop
yang muram. Album Wires adalah eksplorasi yang melankolis terhadap
karakteristik cinta melalui melodi-melodi yang halus dan indah yang akan
mengangkat sisi sentimentil setiap orang yang mendengarkan album ini. Art of Fighting juga sangat lihai dalam permainan membangun mood dalam setiap lagunya.
Lagu-lagu seperti “Akula” atau “Reason Are All I Have Left” adalah suatu bentuk
dari kesedihan yang terorganisir dengan sangat rapi. Jika membutuhkan album
penyemarak duka setelah ditinggalkan oleh kekasih, album ini adalah salah satu
pilihan yang terbaik.











2 comments:

  1. art of fighting bagus. enak didenger kalo mau tidur.

    ReplyDelete
  2. aih, dimas, tulisanmu ehhhh, selera musikmu makin keren aja hehe.

    ReplyDelete