Saat ini kita tidak bisa melihat album rekaman hanya sebagai dokumentasi dari karya seorang atau segerombolan musisi yang bisa kita dengar dimana saja dan kapan saja kita mau. Arti dari sebuah album rekaman bisa lebih dari itu. Sebuah album rekaman bisa membuat seseorang dengan rela menghabiskan uangnya dalam jumlah besar, walaupun pada hari-hari selanjutnya harus mengencangkan ikat pinggang atau bertahan hidup dengan pinjaman disana sini. Yang terpenting album rekaman yang didambakan bisa dimiliki.
Saya pernah menjumpai seorang penjual sekaligus kolektor album rekaman bekas di Bandung, yang hidupnya hanya ditemani oleh koleksi album rekaman yang dia kumpulkan sejak tahun 60an. Saat saya masuk ke dalam rumahnya, sejauh mata memandang yang terlihat hanya tumpukan kaset dan piringan hitam. Bahkan tempat tidurnya dikelilingi oleh jejeran kaset yang tertumpuk rapi. Orang itu tidak menikah (mungkin pernah menikah, saya tidak tahu pasti), yang jelas saat ini yang menjadi istrinya adalah koleksi album rekamannya. Album-album itulah yang selalu dirawat dan dicintai selayaknya mengasihi seorang manusia. Bisa dibilang orang tersebut mengabadikan hidupnya kepada album rekaman. Dan hal itu juga membuktikan bahwa sebuah album rekaman bisa begitu mempengaruhi kehidupan seseorang. Walau di cerita ini, pengaruh sebuah album rekaman sudah sampai di titik mengkhawatirkan.
Ada lagi cerita yang saya dengar bahwa ada pernikahan di Indonesia yang mempunyai mas kawin berupa CD Belle and Sebastian lengkap dari album pertama hingga terakhir. Pastinya tidak pernah terlintas sedikit pun di benak Stuart Murdoch dan kawan-kawan di Inggris sana, bahwa karya mereka bisa begitu berharga hingga bisa dijadikan mas kawin. (walaupun ritual memberikan mas kawin pada pernikahan tidak dikenal di daratan Eropa). Sampai disini pengaruh album rekaman pada kehidupan manusia berada di titik yang membahagiakan.
Yang pasti apresiasi para penikmat musik akan sebuah album rekaman seringkali jauh melampaui bayangan dari para musisi penciptanya. Para musisi itu hanya berpikir karyanya bisa dinikmati sepanjang jaman oleh para penikmat musik, tetapi mereka mungkin tidak sempat berpikir karya mereka bisa menjadi suatu bagian penting dari kehidupan para pendengarnya. Bagi sebagian orang album rekaman bisa menjadi harta karun yang tidak ternilai harganya, bagi sebagian lagi, album rekaman bisa menjadi suatu kenangan yang diabadikan, tetapi sebagian lagi menganggap album rekaman sebagai sebuah berhala yang menyesatkan. Ada sebuah pernyataan menarik dari seorang kolektor album rekaman yang saya temui saat baru saja menjual sebagian besar koleksinya yang pasti sangat berharga itu. Saat saya tanya, mengapa akhirnya ia memutuskan untuk menjual koleksinya tersebut, ia hanya menjawab ”Ngapain elo simpen terus tu album, lama-lama album itu kayak berhala aja, yang elo sembah-sembah dan elo puja-puja.”
Setiap orang boleh mempunyai persepsi tersendiri mengenai arti pentingnya sebuah album rekaman. Tidak ada yang salah dan tidak ada yang benar. Yang pasti semua kembali kepada esensi sebenarnya dari sebuah album rekaman, yakni untuk didengarkan. Selebihnya biarlah mengalir di kehidupan kita. Berawal dari telinga kemudian berakhir menjadi cerita.
Hehe, memang. Mungkin bukan albumnya yang kadang penting, tapi hal-hal dibalik 'artefak album' itu: kenangan, ingatan, hal-hal menyedihkan maupun menyenangkan. Mungkin album itu 'hanya' alat untuk sesuatu hal yang lain, soalnya manusia kadang perlu 'alat bantu' ya untuk bilang sesuatu. Sip deh tulisannya.
ReplyDeletesapa tau album ballads bisa lo jadiin mas kawin mas? atau mas kawinnya erick? hehehe
ReplyDeleteeh ga, gue udah beli cd cmon lennon. tanda tangan yah! biar nilai ke'mas kawin'annya meningkat. seperangkat cd debut Cmon Lennon "Ketika La La La" lengkap dengan tandatangan personil dibayar tunai. :D
ReplyDeletebtw, kadang para kolektor ini adalah penyelamat. soalnya gak sedikit musisi yang bahkan gak punya albumnya sendiri. tanyain deh Pure Saturday. konon mereka lagi nyari banget tuh album pertama mereka.
hal itulah yang membuat para kolektor jarang yang mau menjual koleksinya walau udh ditawar dengan harga tinggi..krn yang mahal bukan uang pas belinya, tapi kenangannya..
ReplyDeletehehe..kl album ballads dijadiin mas kawin, dihargain brp yah? harganya kan murah2 secara kita rilis mini album mulu..hehehe....kl erick kawin mas kawinnya seperangkat alat sulap, kan mahal2 tuh harganya..
ReplyDeleteiya ini sering banget kejadian sama musisi di tanah air khususnya musisi tahun 70an atau 80an..krn biasanya master rekaman udah raib entah kemana, bisa dibawa kabur oleh si produser atau perusahaan rekamannya jg udh bangkrut..pengaruh kontrak yang 'berat sebelah' jg menjadi alasan mengapa banyak musisi sampai tidak punya album mereka sendiri.
ReplyDeletekl album pertama pure saturday gw pernah liat dijual sampe 50rb, tp itu kl penjualnya ngerti..temen gw pernah nemu di dewi sartika, kaset pure saturday yang album pertama dijual hanya 15rb saja, penjualnya gak tau aja album itu dicari orang banyak..hehe...
an, makasih yah sudah membeli! hehehe..kalau ketemu saya kasih cap jempol deh!! hehehehe
ReplyDeleteiyah dan bukannya ps emang gak dapet master album2x awalnya yah? makanya di situsnya ditaro lagu2xnya buat di download...dikonversi dari kaset kayaknya sih...hehehe
kalo gituh mini album sebanyak 100 buah? hehehe
ReplyDeleteiyah erick seperangkat alat sulap hehehe...eh..punya cewek aja dulu!! hehehe
hahahaha, kayak suami gue aja..salah satu un-official mas kawin dari dia tuh E.Pnya Santamonica..dan dia juga membuat pernyataan bahwa koleksi cd2nya yg bikin ngiler menjadi milik gue juga kalo gue nikah sama dia.
ReplyDeletetenang ga, dia skg udh berusaha mati-matian agar tidak sampai menjadi jomblo perak pada juli tahun depan.haha..
ReplyDeletepernyataan di atas materai?hehe..yah kl cd sih pasti jd milik bersama pas kawin..dengernya jg bareng2 kan di rumah
ReplyDeletedim, gw br baca...it's a nice story...doain ya cita2 gw bs kesampean..mas kawin indiepop !!
ReplyDeletesip cum..kl jodoh takkan lari kemana kok :)
ReplyDelete