Tuesday, April 10, 2007

Not Too late

Rating:★★★★
Category:Music
Genre: Pop
Artist:Norah Jones
Terkadang saya membandingkan sosok Norah Jones dengan Siti Nurhaliza. Mereka berdua sama-sama memiliki citra sebagai perempuan baik-baik yang santun, ramah dan lemah lembut yang akan menjadikan mereka berdua sebagai calon ibu rumah tangga kesayangan mertua dan tentunya para suami. Bedanya Norah Jones mempunyai talenta musik yang jauh lebih besar daripada Siti Nurhaliza. Norah Jones adalah seorang penyanyi, multi instrumentalis dan juga sekaligus sebagai seorang penulis lagu.

Sejak pemunculan pertama Norah Jones di tahun 2002, melalui debut albumnya Come Away With Me, kita semua dibuat jatuh cinta kepadanya. Norah Jones sangat berhasil menerjemahkan citra dirinya yang baik itu melalui musiknya yang terdengar anggun dan menenangkan. Membuat kita yang mendengarnya merasa nyaman dan tentram. Seperti seolah-olah melihat dunia yang riuh ini berjalan sangat harmonis dan damai.

Begitu juga dalam album ketiganya Not Too Late, kelembutan Norah Jones masih bisa kita temui, walaupun dalam album ini ia memandang dunia tidak lagi seindah yang dulu. Kali ini kita bisa merasakan adanya kesedihan, kemarahan dan keresahan yang tetap terbungkus rapi oleh kelembutan dirinya yang selama ini kita cintai. Dalam “My Dear Country”, Norah Jones dengan sangat halus memperlihatkan sikap politiknya. Memang tidak setajam Dixie Chicks dalam “Not Ready to Make Nice”, namun dengan lirik seperti ini : "I cherish you my dear country/I love all the things that you've given me/And most of all that I am free/To have a song that I can sing/On election day." , ia bisa menghadirkan suatu sudut pandang yang menarik dalam membuat lagu yang berbau politis, tentunya dengan ciri khasnya selama ini.

Pada “Wish I Could”, Norah Jones memperlihatkan kebenciannya kepada perang Irak, namun lagi-lagi tetap dalam bentuk yang paling halus. Ia mengangkat efek perang terhadap para istri tentara yang mati. "She says love in the time of war's not fair/He was my man but they didn't care/I don't tell her that I once loved you too", sementara itu dalam “Broken”, ia bercerita mengenai duka para tentara di medan perang. "He's got blood on his shoes and mud on his brim/Did he do it to himself or was it done to him?"

Jika dalam album Come Away With Me sarat akan nafas pop/jazz, dan di Feels Like Home penuh akan eksplorasinya dalam menggali musik-musik akar Amerika, album ketiganya ini terdengar seperti penggabungan dari kedua albumnya terdahulu. Hal itulah yang membuat musik dalam album ini menjadi lebih berwarna dan eklektik. Pada singel pertama “Thinking About You”, Norah menyajikan sedikit atmosfir jazz dengan suara Wurlitzer organ yang dimainkannya yang dipadukan oleh brass section yang bermain dalam semangat blues dan soul. Pada singel kedua “Sinkin Soon”, ia mengadaptasi gaya Dixieland rag dimana suara banjo dan mandolin bersahut-sahutan dengan muted trombone yang terdengar nakal. Di lagu lain seperti “The Sun Doesn't Like You”, Norah menampilkan kemuraman yang kurang lebih sama dengan apa yang biasa dilakukan oleh Nick Drake.

Walau bagaimanapun, Norah Jones tetap bisa merangkai keragaman tersebut sedemikian indah dengan signature sound yang ia miliki. Menghasilkan suatu musik dengan nuansa akustik kental yang terdengar hangat dan intim dan akan selalu mudah untuk didengar di berbagai kesempatan. Musiknya bisa menjadi teman minum kopi di salah satu sudut ruangan di Starbucks, atau untuk meredakan kepenatan di dalam mobil saat mengalami kemacetan di Jakarta, atau juga bisa menjadi musik latar yang akan diputar di kamar tidur sebelum bercinta dengan pasangan.

Sekarang kita tinggal berharap bahwa suatu saat nanti, Norah Jones tidak akan pernah berpikir untuk merubah citra dirinya - yang santun dan lemah lembut - menjadi seorang gadis seksi yang lincah dengan menggandeng produser seperti Timbaland dan teman-teman sejawatnya yang telah sukses membuat Jewel dan Nelly Furtado menjadi kuda liar. Saya tidak sanggup membayangkan Norah Jones menjadi seperti itu. Jika Norah Jones berdandanan serba terbuka dengan musiknya didominasi oleh bebunyian synthesizer serta menampilkan guest rapper, apa kata dunia?!

3 comments:

  1. Terkadang saya membandingkan sosok Alexander Dimas Adrianto dengan Nick Drake.

    ReplyDelete
  2. kadang juga saya membandingkan sosok rifa wananda dengan clift sangra.

    ReplyDelete