Jika dulu di tahun 1979, The Buggles menyanyikan “Video Kills The Radio Star”, seperti seruan di kala itu yang mengingatkan akan sebuah era yang rasanya akan mulai berakhir.
Kini 30 tahun setelah itu, umur radio ternyata masih belum berakhir. Radio masih digemari oleh banyak orang. Walaupun keberadaanya kini kembali terancam oleh kehadiran internet yang membuat orang bisa mendengarkan musik apa saja yang mereka mau, kapan saja dan (hampir) dimana saja.
Namun, media internet itu tidaklah sekejam ibu tiri. Ia tidak begitu saja menyingkirkan radio. Internet dapat membuat hubungan mutualisme yang harmonis antara radio. Kini banyak radio konvensional yang dapat juga streaming di internet. Jadi pendengar sebuah radio yang tadinya hanya ada di area yang dijangkau oleh gelombang dari pemancar, kini bertambah luas dengan adanya streaming di internet.
Karena fasilitas streaming ini juga yang menjadi bidan dari lahirnya begitu banyak radio online sekarang ini. Kehadiran radio online ini hampir sulit untuk terdeteksi karena sifatnya yang independent. Saya juga tidak tahu berapa banyak radio online yang sudah ada di Indonesia sekarang ini.
Namun ada sebuah radio online yang baru saja saya temukan dan langsung membuat saya terkesima. Radio ini mengudara sesuka hati mereka. Tidak ada jadwal pasti. Sepertinya mengikuti jadwal sang DJ dan juga bergantung pada koneksi internet yang ‘angin-anginan’. Atau malah tergantung pendengar sedang ingin mendengarkan atau tidak. Seperti kemarin mereka bertanya di wall Facebook mereka: PENGENNYA Kentang Radio SIARAN GAK MALEM INI ???

Nama radio ini Kentang. Entah apa maksud di balik namanya itu. Kena tanggung? Iya, mendengarkan radio ini bisa kena tanggung jikalau tiba-tiba koneksi internet terputus disaat kita sedang menikmati sebuah lagu dari situ.
Ah, tapi apa artinya sebuah nama. Yang terpenting dari radio ini adalah materi dari lagu-lagu yang diputarnya. Dan juga soal bagaimana radio ini memanfaatkan salah satu jajaring sosial terbesar yang ada di dunia maya saat ini sebagai rumah mereka.
Radio Kentang bisa didengarkan atau streaming di laman Facebook mereka. Tinggal klik tombol listen, maka langsung muncul perangkat streaming yang dapat memperlihatkan judul lagu yang tengah diputar dan berapa jumlah orang yang sedang mendengarkan streaming di saat itu.
Radio ini juga memberi fasilitas bagi pendengar untuk chatting. Ya, mereka tahu benar kebiasaan orang Indonesia yang suka mengobrol tanpa juntrungan. Jadi diberilah fasilitas chatting agar orang bisa langsung komentar atau request atau bicara tidak penting lainnya disitu. Yang menarik sang DJ juga turut terlibat dalam chat tersebut. Karena itu terjadilah pembicaraan langsung antara penyiar dan pendengar.
Maaf, rasanya kata penyiar kurang tepat jika kita berbicara mengenai Radio Kentang. Mungkin sebutan DJ lebih tepat. Karena dari beberapa hari ini saya mendengarkan siaran mereka, hanya satu kali ada penyiar yang berbicara langsung di depan microphone diantara jeda lagu. Sisanya, siaran Radio Kentang hanya memutar lagu saja. Lagipula sudah ada fasilitas chatting jika kita ingin ‘mendengar suara’ sang DJ.
Karena berbagai ketidaklaziman itulah yang membuat radio Ketang bukanlah radio konvensional. Bisa dikatakan Radio Kentang adalah penyemarak dari perkembangan web 2.0 melalui penggunaan jejaring sosial sebagai medium dan runtuhnya dinding antara pendengar dan penyiar atau pemutar lagu atau DJ atau apapun itu sebutannya.
Salah satu yang membuat saya terkesima akan radio ini adalah materi lagu-lagu yang mereka putar. Satu waktu mereka memutar lagu-lagu Indonesia dari era 80an, mulai dari Denny Malik hingga lagu Senam Kesegaran Jasmani 88. Satu waktu lagi mereka memutarkan lagu-lagu aneh bin ajaib dari segala penjuru Asia Tenggara.
Mereka tidak peduli ketika memutarkan lagu Guruh Soekarno Putra yang berdurasi lima belas menit lamanya. Atau tiba-tiba memutarkan lagu daerah Minang di sebuah malam. Siapa juga yang mau protes? Yang mendengar juga pasti merasa senang karena mereka bisa merasakan sebuah pengalaman baru dari mendengarkan sebuah radio.
Namun sejauh saya mendengarkan siaran Radio Kentang, saya merasa bahwa mereka tidak melulu idealis dengan terus memutarkan lagu-lagu yang tidak umum. Sepertinya mereka juga tidak ingin terlihat pretensius dan tidak ingin terus terlihat keren. Jadi mereka pun memutarkan lagu-lagu populer yang mungkin sudah dirindukan untuk didengar diantara lagu-lagu tidak umum itu yang sesekali mereka katakan sebagai “Lagu-Lagu Paling Tidak Enak Yang Dapat Membuat Anda Mimisan.”
Ini adalah radio ‘berbahaya’ yang patut diawasi pergerakannya di masa yang akan datang. Kita beruntung bisa memiliki radio ini di Indonesia seperti Inggris beruntung memiliki pirate radio, Radio Rock walau itu hanya ada di film The Boat That Rocked. hehe
Jadi silahkan klik gambar dibawah ini untuk menuju pada laman Facebook dari Radio Kentang dan bersiaplah untuk mengalami petualangan musikal yang sangat sangat mengasyikkan yang tidak akan kalian dapatkan di radio-radio pada umumnya.

PS: Tapi jangan kecewa dulu jika sudah mengklik tombol listen, namun belum keluar suara apapun. Berarti Anda belum beruntung untuk sekarang ini. Coba lagi dalam beberapa jam ke depan. hehe